Oktober 16, 2009

Metode Pendidikan Perspektif alqur'an

METODE PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

BAB I
PENDAHULUAN

Al-qur’an sebuah kitab phenomenal yang menjadi Rujukan segala aspek kehidupan manusia yang beragama Islam, Semua kegiatan selalu dikaitkan dengan Al-qur’an, tidak satu pun yang lepas dari Al-qur’an. Landasan kehidupan manusia dalam rangka penghambaan diri kepada Allah , dan dalam Rangka melaksanakan tugas sebagai Khalifah di muka bumi ini , maka Al-qur’an selalu menjadi bahan Rujukan baik dari segi tata laksana kehidupan, termasuk tata laksana pendidikan tidak lepas dari perspektif alqur’an.
Salah satu kajian pokok dalam pendidikan selain dari Tujuan dan materi yang harus diajarkan, ada sesuatu yang tak kalah pentingnya dikaji dalam penyusunan pola pelaksanaan pendidikan yaitu Metode pendidikan. Peranan Metode dalam pendidikan sangat lah besar dan ini tidak dapat dipungkiri lagi. Karena ketidak tepatan penerapan metode dalam proses belajar mengajar akan berakibat membuang waktu dan tenaga yang tidak perlu, tetapi hasilnya tidak akan mencapai hasil yang maksimal atau bahkan tidak menghasilkan apa-apa..
Al-qur’an sebagai Sumber petunjuk segala aspek kehidupan menjadi salah rujukan dalam penerapan metode pembelajaran, dengan harapan pelaksanaan pembelajaran akan berlangsung dengan lebih efektif dan efisien. Dengan merujuk kepada Al-qur’an maka kita akan mengetahui betapa luasnya dan universalnya alqur’an yang dapat menjadi jalan petunjuk bagi umat manusia dalam menentukan gerak langkahnya termasuk dalm dunia pendidikan.
Alqur’an sangat menganjurkan manusia untuk menggunakan akal. Term tentang Aql diulang sebanyak 49 kali . ta’qilun 24 kali dan ya’qilun 22 kali , hal ini menujukan perlu pemahaman alqur’an secara baik, sebagai mana menurut Muhammad Abduh Islam adalah agama yang rasional. Karena jika islam ditafsirkan sebaik-baiknya dan dipahami secara benar, tak satupun dari ajaran islam yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Sedang akal adalah salah satudari pootensi manusia, dan islam menganjurkan untuk mengggunakan potensi itu.
Metode pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, ternyata dalam Al-qur’an pun telah ada metode - metode pembelajaran yang sring diterapka oleh para guru baik secara tradisional dan secara modern. Dalam penulisan ini akan di soroti tentang perpektif Al-qur’an terhadap Metode pemebelajaran. Dengan melihat uraian –uraian diatas maka timbulah petanyaan : bagai mana Perspektif A-lQur’an terhadap Metode pengajaran . adakah ayat –ayat yang menyatakan jenis metode –metode yang sering diterapkan dalam proses pembelajaran ?






BAB II
PEMBAHASAN
A. Al-qur’an sebagai sumber pengetahuan
Alqur’an adalah Sumber dari segala Sumber Hukum bagi Umat Islam sebagi mana dijelaskan pada Surat Albaqarah
           
1. Alif laam miin[10].
2. Kitab[11] (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa[12],
Dengan mendasarkan diri pada ayat ini sebagai pemahaman pertama, sebagai umat islam kita meyakini bahwa alqur’an merupakan petunjuk bagi umat manusia dalam menjalani kehidupannya termasuk dalam melakuan pendidikan.
Alqur’an yang berupa petunjuk adalah suatu hal yang mustahil jika didalamnya tidak terdapat pengetahuan –pengatahuan yang dapat dijadikan tuntunan bagi umat manusia, maka kita yakini bahwa berbagai aspek kehidupan manusia telah ada petunjuknya dalam alqur’an. Dengan demikian jelaslah bahwa al-qur’an akan menjadi sember pengetahuan bagi umat manusia.

B. Kedudukan Metode dalam proses pembelajaran
Dalam proses belajar mengajar , guru harus memiliki Strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efesien dan mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki Strategi adalah harus menguasai tekhnik tekhnik penyajian atau biasanya disebut dengan Metode Mengajar .
Tekhnik penyajian atau metode adalah suatu pengetahuan tentang cara –cara mengajar yang dipergunakan oleh guru. Pengertian lainnya adalah teknik penyajian atau metode yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami, dan digunakan oleh siswa dengan baik.
Dalam penentuan metode pembelajaran seorang guru memiliki peranan penting, disadari atau tidak Guru atau seorang pendidik secara emosional terlibat dalam pembentukan pribadi pribadi, yang biasanya mengesankan gagasa- gagasan pribadi para pelajar. Tugas seorang guru adalah mempengaruhi para pelajar agar mereka tertarik pada aktivitas –aktivitas yang relevan demi terpenuhi kebutuhan pokok dasariah siswa. Dan ini adalah persoalan Metode atau tekhnik penyajian bukan tujuan. Berkaitan dengan penentuan metode, yang diharapkan adalah perubahan kelakuan . dalam hal ini pendidik mengahadapi tiga masalah yaitu :
1. pendidik harus mengetahui kelakuan yang diharapkan
2. pendidik harus mengetahui taraf perekembangan anak, hingga agar bahan pelajaran dapat dikusai anak
3. pendidik harus tahu bagai mana anak belajar, bagai mana guru mengajarnya, kondisi yang harus dipenuhi agar terjadi proses belajar yang berhasil
Tercapai nya tujuan pendidikan akan sangat tergantung dengan metode yang digunakan oleh seorang guru terhadap siswanya, agar mencapai tujuannya maka seorang pendidik harus memiliki pertimbangan pertimbanganan yang jelas tentang metode metode mana yang yang harus diterapkan, sebagai mana juga memilih waktu yang tepat untuk metode tertentu. Jika pemilihan metode ini salah atau gagal maka yang timbul adalah akibat negatifnya.
Teori pendidikan islam menuntut tanggung jawab guru untuk tidak pernah netral dalam urusan kepercayaan dan keimanan. Demi tanggung jawabnya seorang guru pikiran pendidika muslim sungguh –sunguh diarahkan kepada tugas memimpin murid-muridnya kepada islam . Karena Islam adalah agama yang mempertahankan fiotrah yang baik sebagai mana termaktub dalam surat Al-Rum ( 30 ) ayat 30 . Allah berfirman.
         ••             ••   
Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168]
Ket : fitrah Allah: maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan.
Seorang pendidik harus diberi batasan –batasan atau otoritas, seorang guru tidak boleh otoritarian sehingga akan pemurak kualitas –kualitas yang baik dari para pelajarnya. Sebagai guru yang bijak sana harus dapat membedakan antara kebutuhan pokok manusia secara individual dan interest personal yang ada pada waktu tertentu. Pernyataan bahwa guru tidak boleh memberi pelajar jkepada siswa dengan metode yang hanya kan merusak Fitrahnya, hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah :
“ Allah tidak mengutusku untuk mebuat kerusakan atau perbuatan yang tidak ada ada gunany, melainkan , mengutusku untuk mengajar dan melakukan hal –hal yang mudah” .
Berdasarkan Hadist tersebut maka idealnya seorang pendidik adalah yang memudahkan urusan – urusan bagi para pelajar nya , dalam hal ini maka perlu pertimbangan seorang pendidika tentang metode yang harus diterapkan juaga waktu yang tepat untuk metode tersebut. Penerapan yang dilakukan oleh Nabi adalah metode bertahap mulai dari yang sederhana menuju yang komplek dan ini adalah adalah prosedur pendidikan yang dianjurkan oleh Alqur’an
Dalam proses pembelajaran Variasi metode sangat dibutuhkan karena situasi pembelejaran tidak selamamnya membutuhkan satu metode yang sama, hal ini disebabkan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan memerlukan variasi metode yang sesuai dengan jenjang waktu yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
Dalam Islam tidak ada kata kehabisan tekhnik pendidikan , tekhnik pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara diataranya yaitu dengan cara:
1. keteladanan
2. melalui teguran
3. melalui hukuman
4. melalui cerita –cerita
5. melalui pembiasaan
6. dan melalui pengalaman pengalaman kongkrit.
Ada berbagai macam Metode yang dipaparkan dalam alqur’an hal ini dapat ditarik contoh dari pada teks Alqur’an yang merupakan metode alqur’an dalam rangka menyampaikan kalam –kalam Illahi. Diantara metode metode yang terdapat dalam Alqur’an adalah sebagi berikut :
1. Metode ceramah dan cerita.
2. metode Diskusi, Tanya jawab dan dialog
3. Metode perumpamaan atau Metafora
4. Metode Simbolisme Verbal
C. Metode Metode pembelajarn dalam Perspektif ( pandangan ) Al-qur’an
Sangat banyak ragam metode pembelajaran baik metode tradisional dan metode metode yang telah dikembangkan secra modern, hal ini jika dikaittkan dengan panandangan alqur’an maka akan dtemukan relevansi Al-qur’an dengan metode metode yang dikebangkan secara modern. Dengan kata lain metode metode yang sering menjadi bvahan perbincangan dan bahan kajian para pendidika n sebenarnya telah terdapat dalam al-qur’an,
Berbagai macam cara pendidikan dapat ditempuh, dalam islam tekhnik –teknik pendidkan itu dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Metode pendidikan melalui Keteladanan
Keteladan adalah salah satu teknik pendidikan yang sangat efektif hal ini terbukti yang teknik keteladanan Rasullullah terhadap umatnya yang dapat memberi efek positif dan memberi hasil yang luar biasa sebagi mana firman Allah dalam surat Al- ahzab ayat 21 :
                 
Artinya: Dalam diri Rasullullah itu kamu bisa menemukan teladan yang baik
Dengan keteladanan nabi menjadi Inspirasi kaum muslimin yang sebenarnya kepribadian rasullulah adalah kumpulan berbagi pribadi yangmasiong –masing saling melengkapi sehingga menjadi suatu pribadi yang sempurna, Rasullullah merupakan teladan terbesar bagi umat manusia , rasullulah adalah seorang pndidik , pemberi petunjuk dengan tingkah lakunya sendiri sebelum dengan kata-kata yang baik.
b. Metode Pendidikan melalui nasehat
Nasehat yang berpengaruh , membuka jalan dalan jiwa dan langsung melalui perasaan. Nasehat yang jelas dan dapat dipegang adalah nasehat yang dapat menggantung perasaan dan dan tidak membiarkan perasaan itu jatuh kedarsar , mati dan tak bergerak.
Isi Al-qur’an adalah nasehat nasehat dan tuntunan sebagai mana terdapat pada surat An. Nisa Ayat 58
 •           ••     •      •    
Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.
Banyak lagi ayat ayat yang menunjukan memberikan nasihat nasehat kepada manusia diantaranya adalah :
1. Surat Anisa ayat 36
2. Surat Luqman ayat 13-19
3. Surat Al isro ayat 22 – 38
Kalau dilhat secara kseluruhan Al-qur’amn adalah berupa Nasehat –nasehat bagi orang yang bertaqwa sebagi mana Firman Allah dalam Surat Al-Imron ayat 138
  ••    
Artinya : Al-Qur’an adalah penerang bagi seluruh manusia , petunjuk , serta pelajaran bagi orang orang yang taqwa.
c. Pendidikan melalui Hukuman
Hukuman bukanlah hal yang tabu sebagai mana kencenderungan pendidikan modern . Hukuman bukan lah tindakan pertama kali yang harus dilakukan , nasehat harus didahulukan begitu ajaran berbuat baik dan tabah terus menerus. Manakala nasehat dan teguran disampaikan dan tidak mendapat pengaruh maka kekerasan dalam mendidik anak pun diperlukan diatara bentuk kekerasan adalah hukuman atau ancaman hukuman pada suatu waktu. Ayat ayat qur’an yang mengandung ancaman banyak sekali , Salah satu contoh ayat yang mengandung ancaman adalah diantaranya terdapat pada surat al-Fath ayat 16
          
Artinya : Bila kamu Tidak patuh, Seperti dulu kamu tidak pernah patu, dia akan menghukummu dengan siksaan yang amat pedih.

Kemudian surat Al-maidah ayat 38 :
              
Artinya : Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Hukuman merupakan salah metode yang akan menghasilkan efek jera bagi para pelanggarnya, tingkatan tingkatan hukuman yang berbeda – beda sesuai dengan perbedaan tingkat manusia. Semuanya bertujuan untuk memperbaiki kesalahan dan memberikan pendidikan.
D. Metode Pendidikan melalui cerita
Islam menyadari sifat alamih manusia yang menyenagi cerita , dan pengaruhnya terhadap perasaan. Oleh karena itu dalam islam menjadikan cerita sebagai salah satu tekhnik atau metode pendidikan.
Jenis –jenis cerita , sejarah menampilkan contoh kehidupan manusia , diantarannya adalah cerita para nabi, Alqur’an mempergunakan cerita untuk seluruh jenis pendidikan dan bimbingan yang dicakup oleh metodologi pendidikan yaitu pendidikan mental , pendidikan akal , pendidikan jasmani dan serta jaringan jaringan yang saling berlawanan dalam jiwa yaitu pendidikan melalui teladan dan Nasehat.

Diatara ayat ayat yang mengandung cerita adalah sebagai berikut :
1. Surat Al maidah ayat 27-30
2. Srat al-Kahfi ayat 32-43
3. Surat albaqarah ayat 39
4. Surat Shad ayat 21-25
5. Surat Shad ayat 30-35
6. Surat yusuf ayat 24, 33, 34
7. Surat Al qosos ayat 15 -22

E. Metode pendidikan melalui pembiasaan
Islam menggunakan pembiasaan sebagi salah satu metode pendidikan . islam mengubah sifat –sifat yang baik menjadi kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan tanpa terlalu susah, tidak menghabiskan tenaga.
Setiap kebiasaan sealalu ada hubungannya nya dengan asas-asas konsepsi, aqidah dan hubungan langsung dengan Allah . dalam mengubah kebiasaan kebiasaan yang buru islam melakukannya secara berangsur angsur , kemudia melarangnya sehingga pertumbuhan masyarakat menjadi baik hal ini terjadi dalam urutan pelarangan minuman keras diantanra adalah terdapat pada surat an Nahl ayat 67 , yang artinya “mereka membuatnya menjadi minuman keras dan makanan yang baik” .
pada saat ini dibedakan anatara minuman keras dan makanan . kemudian muncul isarat berikutnya yaitu pada surat Al baqarah ayat 219 yang artinya : “ mereka bertanya kepadamu ( Muhammad ) tentang minuman keras dan perjudian . katakanlah , keduanya mengandung dosa, tapi ada manfaatnya bagi manusia , namun dosanya lebih besar dari pada manfaatnya itu “
pada tingkat ini perasaan sudah mulai disentuh dengan memberikan dua pilihan . kemudian dilanjutkan dengan pernyataan pada Surat An Nisa ayat 43 yang artinya “ Hai orang –orang yang beriman, jangan kamu dekati shalat sedangkan kamu dalam keadaan mabuk”
Pada saat itu sudah mulai muncul larangan untuk melakukan sesuatu dikala mabuk. Dan yang terakhir munculah larangan tegas swebagai mana tercantum dalam Surat Al –maidah ayat 90 yang artinya “ Minuman keras, judi, berkorban buat brhala, dan bertenung adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan syaithan oleh karena itu jauhilah , semoga kamu berhasil.
Dalam pemamparan dan penyampaian materi terdapat bebarapa cara atau metode yang ada dalam alqur’an diantaranya adalah :
1. metode cerita dan ceramah
Tujuan khusus metode cerita dalam al-qur’an adalah untuk memberikan dorongan psikologis kepada Nabi Muhammad dalam peerjuangan melawan kafir. Sebagi mana firman allah allh surat Hud ayat 120
                  
Artinya : Dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu; dan dalam surat Ini Telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.
Metode Cerita atau ceramah merupakan metode yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi dan pelajaran . pengulangan pengulangan yang dipadukan dengan ilustrasi –ilustrasi atau hal hal yang baru adalah lebih produktif dari pada hanya pengulangan yangmembosankan
2. Metode Diskusi dan Tanya jawab atau dialog
Diskusi bermula dari mempertnayakan sesuatu , dalam alqur’an banyak sekali ayat yang dimulai dengan mempertanyakan sesuatu . hal yang paling menarik yang dapat dikaitkan dengan metodekusi adalah ketika ibrahim berkata kepada ayahnya “ Apakah manfaat berhala=berhala yang engkau sembah ?, meraka menjawab “ kami dapati bapak –bapak kami menyembah mereka “ Dan serusnya. .( surat Thaha ayat 52-67 )
Ddalam hal ini terjadi diskusi antara Nabi ibrahin dan kaummnya yang akhirnya mendapatkan kesimpulan baru yang lebih masuk akal.. dengan tujuan akhir agar terjadi perubahan pada orang yang diajak berdiskusi..
Dalam pendidikan Deduksi merupakan suatu metode pemikiran logis yang bermanfaat . Formulasi dari suatu prinsip umum diluar fakta ternyata lebih berguna , karena siswa akan membandingakn dan menyusun konsep . dalam hal ini guru memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan dengan menyediakan fakta –fakta kepada murid muridnya. Atau menyediakan materi materi yang diperlukan serta memberi kesempatan agar murid muridnya dapat menemukan prinsip umum.
3. Metode perumpamaaan atau metapora
Dalam mengajarkan manusia Alqur’an melakukannya dengan memberikan perumpamaan atau metafora. Objek objek metafora dipergunakan guna mempermudah pemahaman terhadap konsep yang diberikan contoh perumpaan yang diberikan alqur’an adalah surat al-ankabut ayat 41
            •         
Artinya : Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. dan Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka Mengetahui.
Masih banyak ayat yang menggunakan perumpamaan sebagai metode pembelajarannya diataranya adalah :
1. Surat Albaqarah ayat 26
2. Surat Albaqarah ayat 261
3. Surat An Nur ayat 35
4. Surat Ibrahim ayat 18
Berdasarkan konsep ini membantu pemahaman bahwa apa yang ada dilingkungan sekitar akan membantu pemahaman konsep konsep berdasarkan penelitian dan observasi yang berguna bagi proses pengembangan pengetahuan manusia.
4. Metode Simbolisme Verbal
Metode Simbolisme verbal dapat dilihat dalam Alqur’an Surat Al- maidah ayat 31
                          • 
Artinya Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya[410]. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, Mengapa Aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu Aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.
Metode lain dapat ditemukan dalam surat alKahfi ayat 60 dimana diceritakan bahawa nabi musa tidak akan berhenti berjalan sampai ujung pertemuan laut.
Metode simbolisme verbal ini digunakan sarjana muslim dalam skala luas dalam alqur’an tidak hanya membuka wawasan melalui metode yangmemerankan indra-indra tetapi juga diperluas melalui simbolisme Verbal. Pendidian islam bukan hanya berdasarkan komunikasi verbal tetapi diharapkan pemanfaatan metode metode audii visual dan pertimbangan lain.ya










BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian uraian diatas maka dapat disimpulkan hal –hal sebagi berikut :
1. Al-qur’an sebuah kitab phenomenal yang menjadi Rujukan segala aspek kehidupan manusia yang beragama Islam, Semua kegiatan selalu dikaitkan dengan Al-qur’an, tidak satu pun yang lebas dari Al-qur’an. Landasan kehidupan manusia dalam rangka penghambaan diri kepada Allah , dan dalam Rangka melaksanakan tugas sebagai Khalifah di muka bumi ini , maka Al-qur’an selalu menjadi bahan Rujukan baik dari segi tata laksana kehidupan, termasuk tata laksana pendidikan tidak lepas daeri perspektif alqur’an.
2. Teori pendidikan islam menuntut tanggung jawab guru untuk tidak pernah netral dalam urusan kepercayaan dan keimanan. Demi tanggung jawabnya seorang guru pikiran pendidika muslim sungguh –sunguh diarahkan kepada tugas memimpin murid-muridnya kepada islam . Karena Islam adalah agama yang mempertahankan fiotrah yang baik
3. Dalam Islam tidak ada kata kehabisan tekhnik pendidikan , tekhnik pendidikan dapat dilakukan dengan berbagi macam cara diataranya yaitu dengan cara: keteladanan , melalui teguran , melalui hukuman , melalui cerita –cerita, melalui pembiasaan, dan melalui pengalaman pengalaman kongkrit.
4. Ada berbagai macam Metode yang dipaparkan dalam alqur’an hal ini dapat ditarik contoh dari pada teks Alqur’an yang merupakan metode alqur’an dalam rangka menyampaikan kalam –kalam Illahi. Diantara metode metode yang terdapat dalam Alqur’an adalah sebagai berikut :Metode ceramah dan cerita. , metode Diskusi, Tanya jawab dan dialog, Metode perumpamaan atau Metafora, Metode Simbolisme Verbal













DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an ,
Muhammad Ali, guru Dalam Proses belajar Mengajar, Sinar Baru , Bandung, 1987
Najib Khalid Al’Amir, Tarbiyah Rasulullah , Penerjemah Ibnu Muhammad, Gema Insani Press, 1995
Nurwadjah Ahmad E.Q, Tafsair ayat-ayat pendidiakn , Penerbit Marja, Bandung, 2007
Roestiyah .NK, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2001
S. Nasution, Asas asas Kurikulum, Bumi Aksara, Jakarta, 2003
Tafsir Tarbawi, Metode Pendidikan Dalam perspektif Alqur’an, Program Pasca Sarjana IAIN Raden Intan Lampung,
Yusuf Qordawi, Alqur’an berbicara tentang akal dan Ilmu pengetahuan, Gema insani, Jakarta, 1998



Juli 06, 2009

Aliran pendidikan

Aliran-Aliran pendidikan
Ada empat aliran pendidikan yang sangat terkenal, jelaskan perbedaan –perbedaan asumsi yang melatar belakangi keempat aliran tersebut
a)Nativisme dipelipori oleh Schopen hauer berpendapat bahwa bayi terlahir sudah dengan pembawaan sifat baik dan buruk .
Nativisme pandangan bahwa keterampilan–keterampilan atau kemampuan tertentu bersifat alamiah, sudah tertanam dalam otak sejak lahir, Nativisme menganggap bahwa akal budi memiliki unsur-unsur pengetahuan yang tidak berasal dari sensasi, bahan bahan didalam pengetahuan manusia, alam setiap individu tidak terganntung kepada pengalamannya teori ini menekankan pada ide bawaan( Innate ideas) atau Heriditas . Paham Nativisme menyatakan pengaruh dari luar atau eksternal yang disengaja tidak dapat mempengaruhi perkembangan manusia.

b) Empirisme melalui john locke ( 1704-1832) menyatakan bahwa pembentukan keribadian manusia sangat ditentukan oleh rangsangan dari lingkungan luar. Empirisme atau Tabularasa berlawanan dengan Nativisme, Empierisme menyatakan bahwa otak hanya sedikit memiliki kemampuan bawaan dan hampir segala sesuatu dipelajari melalui interaksi dengan lingkungan diantara tokohnya adalah Emanuel Kant. Filsafat Empirisme inggris berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa manusia alami diantara tokohnya adalah Charles SandrePierce , William James, John dewey, dan Heraklitos.
Aliran Empirisme dirintis oleh Francis bacon ( 1561) dan Thomas Hobbes ( 1588- 1679). Empirisme menekankan pada pengalaman indrawi, menurut John lock pengetahuan dibentuk oleh gagasan yang berasal dari sensation yaitu pengindraan dari luar, disamping itu ada juga pengetahuan yang dibentuk oleh gagasan yang berasal reflection yaitu pengalaman dari dari jiwa karena pengolahan oleh sensation. Bahwa jiwa itu kosong bagikan kertas putih yang belum terisi atau tabularasa, tak ada satupun yang dibawa sejak lahir, melainkan pengalaman yang membentuk jiwa . Aliran empirisme ini sangat berpengaruh terhadap paham aliran Filsafat Pragmatisme yang berkembang luas dalam dunia pemikiran kependidikan Amerika serikat.

c)Naturalisme oleh J,J. Reosseau ( 1712 -1778 ) yang menyatakan bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan banyak. Segala sesuatu barasal dari alam dan tiada sesuatupun yang ada itu terdapat dibaliknya, Naturalisme modern cenderung untuk menjadi pluralisme dimana terdiri dari banyak tipe benda benda alamiah (Barnadib ,1988) dan manusia alamiah dikatakan oleh Reusseau manusia dilahirkan dari kandungan alam adalah manusia baik tetapi manusia seperti dihasilkan oleh hidup bermasyarakat adalah jahat. Untuk mengatasi manusia dari alienasi, manusia harus kembali kepada keadaan lamiah. Aliran Naturalisme mengetengahkan tiga prinsip tentang belajar mengajar yaitu : a) Anak didik belajar melalui pengalaman sendiri, proses ini bersifat Alami , b) Pendidik berada diluar proses belajar anak secara langsung , pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang favorable, pendidik berperan sebagai pasilitator atau nara sumber, tanggung jawab belajar terletak pada diri siswa sendiri. c ) Program pendidikan harus sesuai dengan minat dan bakat anak didik, dengan menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi pada pola belajar anak didik. Maka paham Naturalisme menitik beratkan pada strategi belajar yang bersifat Paedosentris/ Child Centre maksudnya factor kemampuan individual anak didik yang menjadi pusat kegiatan proses belajar mengajar.

d) Konvergensi dipelopori oleh William Stern( 1871-1938) menyebutkan bahwa keberhasilan pendidikan sangat tergantung dari pembawaan dan lingkungan. Dari masing masing solusi memiliki keunggulan dan kekurangan dan juga bukan berarti tanpa solusi alternative hal ini dikemukakan oleh William Stern bahwa keduanya baik yang bersifat heriditas maupunlingkungan, keduanya memiliki pengaruh significant dalam pembentukan konsep pendidikan ideal. Tingkat significansi tersebut adalah bahwasanya keduanya merupakan pembentukan yang intern pada prose pendidikan manusia. Jika hanya paktor heriditas yang dominan tanpa didukung oleh lingkungan yang kondusif juga tidak akan berarti apa-apa, demikian sebaliknya. Penciptaan ruang public yang konsdusif bagi proses pendidikan formal maupun informal diperlukan, karena faktor heriditas pada akhirnya ditentukan oleh faktor lingkungan eksternal yang mempengaruhinya. Paham Konvergensi sering juga disebut dengan paham Interaksionisme , Karena paham ini adalah paham yang memadukan atara pengaruh pakrtor dari dalam dan faktor dari luar secara timbal balik saling pengaruh mempengaruhi perkembangan manusia. Pahan Interaksionisme menghendaki adanya kebebasan manusia mengembangkan dirinya dalam lingkungan hidup tanpa banyak diarahkan oleh pendidik, karena proses belajar akan berhasil jika berlangsung secara interaktif antara pendidik dan anak didik, antara anak didik dengan materi pelajaran dan anatara pikirannya dengan kehidupannya. Maka pandangan interaksionisme menitik beratkan pada proses belajar mengajar secara dialogis antara pendidik dan anak didik , antara lingkungan sekirtar dengan factor pembawaan dan sebagai nya.

Juli 03, 2009

evaluasi

VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN EVALUASI

BAB I PENDAHULUAN
Evaluasi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam proses pendidikan, dari segi istilah merupkan suatu tindakan atau suatu proses uuntuk menentukan nilai sesuatu. Lembaga Administrasi Negara memberi batasan mengenai Evaluasi pendidikan sebagai :
1. Proses kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibanding dengan tujuan yang telah ditentukan
2. Usaha memperoleh informasi berupa umpan balik ( Feed Back ) bagi penyempurnaan pendidikan
Secara Umum Evaluasi mempunyai Fungsi pokok yaitu : sebagai pengukur kemajuan, penunjang penyusunan rencana, bahan untuk memperbaiki atau penyempurnaan kembali.
Secara Didaktik Evaluasi memiliki fungsi sebagai : Landasan untuk menilai usaha yang dicapai peserta didik, memberakan informasi mengenai posisi siswa, memberikan bahan untuk menentukan status siswa, menemukan jalan keluar bagi peserta didik yang memeerlukan, dan memberiakan petunjuk tetntang sejauh mana program pendidikan dicapai.
Dalam melakukan evaluasi pendidik harus menentukan sasaran evaluasi agar memudahkan dalam menyusun instrumen evaluasi, sasaran evalusi umumnya adalah segi tingkah laku murid, segi pendidikan, dan segi proses belajar mengajar . Ketiga sasaran tersebut harus dievaluasi secara menyeluruh, maka dengan penetapan sasaran maka penetapan intrumen eveluasi akan lebih mudah.



Dalam pelaksanaan evaluasi harus memiliki intrumen yang memenuhi syarat guna memperoleh hasil tes yang baik. Tanpa interumen test yang baik maka hasil eavaluasi tidak akan memberikan hasil dan tidak akan memenuhi fungsinya sebagai evaluasi, dengan demikian evaluasi yang dilaksanakan merupakan hal yang sia-sia dan tidak memberikan manfaat.
Tes Sebagai alat evalusi harus memiliki sekurang-kurangnya 4 syarat agar dapat dikatakan sebagai test yang baik yaitu : Valid, Reliable, Objektive dan praktis . Keempat syarat tersebut sangat berkaitan dengan prinsip dasar dalampenyususunan test yaitu : Test harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar, Butir tes harus merupakan sample yang representatif dari Populasi bahan pelajaran, bentuk soal harus bervariasi, tes harus didesain sesuai dengan kegunaan, harus memiliki reliabilitas yang diandalkan dan selain dapat dijadikan alat ukur juga dapat digunakan sebagai alat informasi untuk memperbaiki cara belajar siswa.
Banyak hal yang harus diperhatikan dalam evaluasi pendidikan tetapi yang menjadi Fokus pembahasan dalam makalan ini adalah Validitas dan Reliabilitas Instrumen Evalauasi Pendidikan.

BAB II PEMBAHASAN
A. Validitas Intrumen Eveluasi.
Sebuah tes dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi syarat sebagai alat pengukur diantaranya dalah tersebut harus memilliki validitas dan reliabilitas yang tinggi . Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur dan apabila dalam penyusunan instrumen mengikuti langkah-langkah penyusunan instrumen yakni, menelaah variabel menjadi sub variabel dan indikator, kemudian dirumuskan lagi menjadi butir pernyataan maka peneliti boleh berharap innstrumen memiliki Validitas logis
Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila intrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukan pengukuran tersebut. Sedangkan suatu intrumen dikatakan memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran. Dengan kata lain suatu intrumen dikatakan valid jika mampu menghasilkan data yang benar-benar benar. Data yang benar dihasilkan oleh instrumen yangmengukur apa yang harus diukur.
Validitas suatu intrument tidak selama berlaku untuk semua jenis pengukuran, intrumen tes harus memperhatikan apa yang seharusnya di ukur. Contoh riil dalam kehidupan timbangan akan valid untuk menimbang sekarung beras tetapi tidak akan valid untuk menimbang emas, Thermometer suhu akan valid untuk mengukur suhu tubuh tetapi tidak untuk air mendidih. Dalam pelaksanaan pendidikan dapat di buktikan intrumen test untuk menguji kognitif tidak akan cocok untuk menguji psykomotor siswa. Oleh karena itu validitas suatu intrumen dapat dilihat dari apa yang akan diukur atau dilihat dari tujuan dari pelaksanaan pengukuran.
Istilah Validitas ternyata memiliki keragaman katagori . Ebel membagi Validitas menjadi beberapa katagori yaitu :
1.Concurrent Validity yaitu Validitas yang berkenaan dengan Skor Kinerja
2.Contruct Valididity yaitu Validitas yang berkenaan dengan kualitas aspek psykologis apa yang diukur oleh suatu pengukuran serta terdapat evaluasi bahwa suatu kontruk tertentu menyebabkan kinerja yang baik dalam pengukuran.
3.Face Validity adalah validitas yang berhubungan dengan apa yang tampak dalam mengukur sesuatru bukan terhadap apa yang seharusnya hendak diukur
4.Factorial Validity adalah validitas dari sebuah alat ukur adalah korelasi antara alat ukur dengan faktor-faktor yang bersamaan dalam suatu kelompok atau ukuran –ukuran prilaku lain, dimana validitas ini diperoleh dengan menggunakan tekhnik analiasa faktor
5.Empirical validity adalah Validitas yangberkenaan dengan hubungan antara skor suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran
6.Intrinsic Validity adalah Validitas yang berkenaan dengan penggunaan tekhnik uji coba untuk memperoleh bukti kuantitatif dan objektif untuk mendukung bahwa suatu alat ukur benar-benar mengukur apa yang harus diukur.
7.Predictive Validity adalah Validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor suatu alat ukur dengan kinerja seseorang dimasa yang kaan datang
8.Content Validity adalah Validitas yang berkenaan dengan baik buruk nya sampling suatu populasi
9.Curricular Validity adalah Validitas yang ditentukan dengan cara menilik isi dari pengukuran dan menilai seberapa jauh pengukuran tersebut merupakan alat ukur yang benar-benar mengukur aspek-aspek sesuai dengan dengan tujuan intruksional .

Selain itu Kerlinger membagi Validitas menjadi tiga katagori yaitu :
1.Conten Validity atau validias isi yaitu Validitas yang diperhitungkan melalui penguijian terhadap isi alat ukur dengan analis rasional . Pertanyan yang dicarai jawabannya adalah “ sejauh mana item-item dalam suatu alat ukur mencakup seluruh kawasa isi objek yang hendak diukur oleh lat ukur yang berasangkutan, atau representasi dari kelseluruhan kawasan.
Pengertian Mencakup tidak saja menunjukan bahwa alat ukur teresebut harus konfrehensif isinya tetapi juga harus memuat isi yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan ukur. Walau isi kandungan konfrehensif tetapi mengikut sertakan item-item yang tidak relevan dan berkaitan dengan tujuan ukurnya, maka Validitas alat ukur tidak memenuhi ciri Validitas yang sesungguhnya.
Validitas isi tergantung dari penilaian subjektif individu . karena estimasi validitas ini tidak melibatkan Komputasi staistik, melainkan hanya anlisis rasional . Validitas isi ini dibagi menjadi dua tipe yaitu :
a.Face Validity atau Validitas Muka, ini merupakan tipe Validitas yang paling rendah signifikansinya karena haya berdasarkan pada penilaian selintas mengenai isi ukur. Apabila alat ukur telah sesuai dengan apa yang ingin diukur mak adapat dikatakan Validitas muka telah terpenuhi.
b.Logical Validity atau Validitas logis, Validitas ini sering disebut juga dengan Validitas sampling ( Sampling Validity). Validitas ini menunjuk pada sejauh mana isi alat ukur mereupakan representasi dari aspek yang ingin diukur. Untuk memperoleh Validitas logis tinggi suatu alat ukur harus dirancang sedemikian rupa sehingga benar-benar berisi item yang relevan dan oerlu menjadi bagian alat ikur keseluruhan.
Validitas logis sangat penting peranannya dalam penyusunan tes prestasi dan penyusunan skala, yaitu dengan memanfaatkan blueiprint atau tabel Spesifikasi.
2.Contruct Validity atau Vliditas Kontruksi, Validas ini merupakan tipe yang menunjukan sejauh mana alat ukur mengungkapkan suatu trait atau kontruk teoeritis yang hendak diukur.
Validitas Kontruksi ini akan ditemukan pada tes hasil belajar yang sungguh-sungguh direncanakan dengan baik oleh seorang guru, dengan mentaati langkah perumusan tujuan intruksional dan visualisasi kisi-kisi sebagai langkah-langkah perencanaan tes buatan guru.
Dalam perumusan tujuan Intrukssional khusus dapat dirincikan tingkah laku yang berkaitan dengan fungsi-fungsi psikis tertentu sperti aspek kognitif, jenis pemahaman sampai dengan evaluasi terkait dengan fungsi berfikir dan sebagainya . Rincian tingkah laku dalam TIK akan divisualisasikan dalam kisi-kisi dan item mana yang akan dipakai untuk mengukur pencapaian rincian tingkah laku tersebut dan ditentrukan pula jumlah dan tipenya. Selanjutnya item-item disusun berdasarkan petunjuk kontruksi yang harus dilakukan oleh guru . Apabila item-item merupakn satu kesatuan yang benar–benar sesuai dengan suatu konsep kontruksinya, maka dikatakan tes tersebut memiliki Validits konsep tinggi .
3. Validitas Kriteria ( Criterion-Realted Validity). Maksudnya adalah Validitas yang memperhatikan hubungan antara tes atau lat pengukur dengan lat ukur lainnya yang berfungsi sebagai kriteria atau bahan pembanding. Kriteria tersebut harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a.Relevan, artinya bahwa suatu tes yang berfungsi sebagai kriteria harus mengukur hal yang sama atau sesuai dengan yang diukur oleh tes yang akan diperiksa validitanya
b.Reliabel, artinya suatu tes yang berfungsi sebagai kriteria harus harus telah memiliki tarap reliabilitas yang tinggi
c.Bebas dari kesalahan pengukuran artinya bahwa suatu tes yang berfungsi sebagai suatu kriteria bebar-benar bebas dari kesalahan-kesalahan pengukuran seperti tes disajikan dalam tulisan yang mudah dibaca, isi item-itemnya tidak membingungkan siswa dan sebagainya.
d.Mudah diperoleh , artinya suatu tes yang berfungsi sebagai kriteria harus mudah diperoleh oleh seorang guru.
Taraf Validitas suatru kriteria dapat diperiksa, Hasil perbandingan merupakan koefisien yang dapat dihitung dengan mengunakan tekhknik statistik tertentu yaitu , yaitu tekhnik Korelasi Product Moment Dari Pearson dengan menggunakan rumus angka kasar dan Rumus Singkat dengan peta korelasi
Yang termasuk jenis Jenis liditas Kriteria adalah
a.Validiatas Pengukuran semacam atau setara ( Congruent Validity), maksudnya adalah suatu Validitas yang diperoleh dengan mengkorelasikan hasil yang dimaksud dengan hasil tes lain dari pengukuran.
b.Validitas pengukuran serempak ( Concurent Validity ), maksudnya adalah suatu validitas yang diperoleh dengan mengkorelasikan hasil tes yang dimaksud dengan hasil tes lain, yang pengukurannya dilakukan yang sama atau waktu yang hampir bersamaan
c.Vliditas Prediktif atau ramalan ( Pridictive Validity), Maksudnya suatu validitas dapat diperoleh dengan mengkorelasikan hasil tes yang dimaksud dengan hasil tes lain yang pengukurannya dilakukan kemudian.
Jenis-jenis kriteria ini dapat dihitung atau dikorelasikan dengan menggunakan rumus Product Moment
B.Reliabiltas Intrumen Evaluasi.
Reliabilitas diterjemahkan dari kata reliability, dalam kamus John M Echol dan Hasan Shdili berarti hal yang dapat dipercaya. Menurut Popham menyatakan bahwa reliabilitas adalah “ … the degree of which test Score are Free from error measurement” .
Yang dimaksud dengan reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam tarap ketpatan dan ketelitian hasil. Suatu tes reliabel akan menunjukan ketepatan dan keterlitian hasil dalam satu atau berbagai pengukuran. Skor-skor dalam berbagai pengukuran tidak menunjukan penyimpangan atau perbedaan- perbedaan yang berarti.
Tarap reliabilitas suatu tes dinyatakan dalan suatu koefisien yang disebut dengan Koefisien reliablitas atau rtt koefisien reliabilitas dinyatakan dalan suatu bilangan koefisien antara -1,0 sampai 1,00 . Tarap angka koefsien dapat dilihat pada tabel berikut
Koefisien korelasi Kualifikasi
0,91-1,00 Sangat tinggi
0,71- 0,90 Tinggi
0,41-0,70 Cukup
0,21-0,40 Rendah
Negatif- 0,20 Sangat Rendah


Cara menentukan taraf reliabilitas tes dapat digunakan yaitu dengan cara :
a.Test Retest, test ini dilakukan dengan cara melakukan suatu tes dipakai dalam dua kesempatan pengukuran, dengan kondisi pengukuran diusahakan sama.
b.Bentuk tes Paralel / paralel Form ( Equivalent Form) , maksudnya yaitu dua tes yang paralel dilakukan dalam satu pengukuran. Dua tes dikatakan paralel jika kedua tes tersebut memilki kesesuaian dalam bahan tesnya, jumlah itemnya, waktu pengukuran, tipe item, taraf kesukaran dan taraf pembedanya.
c.Metode Belah dua ( Split- Half Mode ), metode ini menggunakan satu tes untuk satu kali pengukuran . Metode ini sering disebut juga metode Gasal –genap. Hasil dari suatu tes dibagi menjadi dua bagian yaitu nomor genap dan nomor gasal diusahakan agar hasil kedua belahan ini seimbang . keseimbangan ini dinyatakan antara lain dalam keseimbangan taraf kesukaran dari kedua belah tersebut.
d.Metode Kuder – Rhicardson ( KR) ke 20 dan 21, dan Koefsien Alpha , dengan menggunakan metode ini akan diperoleh koefisien reliabilitas yang tinggi apabila distribusi skor-skor yang diperoleh dari tes tersebut merupakan distribusi normal
Masing masing metode memilki cara tersendiri dan memiliki rumus –rumus yang ditetapkan dalam pelaksanaanya
Reliabilitas suatu tes dipengaruhi oleh berbagi faktor , faktor –faktor tersebut adalah :
a.Homogenitas mutu prestasi kelompok siswa, maksudnya adalah semakin homogen mutu prestasi suatu kelompok siswa maka maka semakin kecil taraf reliabilitas tes tersebut dan sebaliknya nya semakin heterogen kelompok prestasi siswa akan taraf reliabilitas tes akan semakin besar.
b.Homogenitas bahan yang dipakai tes, maksudnya adalah semakin homogen bahan yang dipakan semakin tinggi taraf reliabilitas tes tersebut dan semakin heterogen bahan yang dipakai maka semakin kecil reliabilitas test tersebut.
c.Jumlah item dalam suatu tes, maksudnya adalah jika item yang tersaji semakin banyak dan berkualitas, maka semakin besar taraf reliabilitasnya dan sebaliknya semakin sedikit item yang tersaji maka semakin kecil taraf reliabilitasnya.
d.Taraf kesukaran tes, maksudnya jika taraf kesukaran tes normal dalam arti taraf kesukaran dan cakupannya , maka reliabilitasnya semakin besar dan sebaliknya jika taraf kesukarannya kurang normal maka semakin kecil taraf reliabilitasnya.

C.Hubungan Antara Taraf Validitas dan Taraf Reliabilitas suatu Tes
Suatu tes dikatakan reliabel jika ter tersebut memilki konsistensi dan ketelitian yang tinggi hasil pengukurannya dalam satu tes atau berbagai tes. Akan tetapi suatu tes yang memliki reliabilitas yang tinggi belum tentu atau tidak dapat menjamin bahwa tes tersebut hasil tes tersebut telah mengukur yang sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Sebagai contoh jika ditemuai sebuah tes yang memiliki reliabilitas yang tinggi, kemudia setelah diperiksan item-itemnya berdasarkan langkah-langkah perencanaan dan terdapat penyimpangan dari isi rencana terutama tentang isi dan bahan. Melihat kenyataan tersebut maka tes tersebut dapat dikatakan tidak valid atau memiliki validitas rendah walau pun tes itu sudah reliabel.
Suatu tes dikatakan Valid jika tes tersebut sudah mengukur apa yang seharusnya diukur, oleh karena itu tes yang valid harus disusun berdasarkan perencanaan yang baik dan petunjuk –petunjuk kontruksinya, atau setidaknya memiliki validitas isi dan kontruksi. Sebagai contoh jika tes direncanakan berdasrkan perencanaan yang ketat dengan berdasarkan rumusan tujuan intruksional, rincian bahan pelajaran dan visualisasi kisi-kisi yang sesuai, kemudian berdasarkan petunjuk kontruksinya serta sempat diuji cobakan dalam suatu pengukuran bersama tes evaluasi yang lian yang valid. Maka tes tersebut dapat dicari validitasnya dan reliabilitanya.
Berdasarkan kenyatan diatas maka dapat diketahui bahawa suatu tes yang memililiki reliabilitas tinggi belum tentu memilki Validitas yang tinggi , akan tetapi suatu tes yang memiliki Validitas tinggi akan memiliki reliabiliatsa yang tinggi karena tes tersebut disusun sesuai dengan perencanaan dan kesesuai bahan yang baik.

BAB III . KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembehsan maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1.Validitas suatu tes memilki berbagai macam jenis dan tehknik pengukuran yang berbeda secara garis besar Validiatas dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu Validitas isi atau Content Validity, Validitas kontruksi atau Contruct Validity dan Validitas Kriteria atau Criterion Validity
2.Suatu tes dapat dikatakan memiliki Validitas yang tinggi jika tes tersebut telah mampu untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, maka Validitas suatu tes sangat relatif dengan kata lain suatu tes dikatakan valid untuk suatu jenis belum tentu Valid untuk jenis lainnya.
3.Reliabilitas merupakan kontinuitas suatu tes, maksudnya suatu tes dikatakan memliki reliabilitas yang tinggi jika memiliki atau menunjukan hasil yang konsisten dalam satu atau berbagai pengukuran
4.Suatu tes yang Reliabel belum tentu memliki validitas yang tinggi akan tetapi suatu tes yang memliki validitas yang tinggi kemungkinan besar memiliki reliabilitas yang tinggi pula.

B. Saran –Saran .
Dengan melihat pembahan dan kesimpulan maka penulis dapat menyarakan hal-hal sebagai berikut :
1.Dalam membuat suatu tes perlu diperhatikan vliditasnya, maksudnya adalah suatu tes harus mampu mengukur apa yang sebanarnaya harus diukur agar tidak terjadi penyimpangan dalam menetuikan keputusan dan prediksi program selanjutnya.
2.Suatu tes yang valid dalam satu pokok permasalahan atau suatu tujuan belum tentu valid untuk tujuan lain, maka dalam penyusunan tes perlu memperhatikan tujuan dan bahan yang akan digunakan untuk tes tersebut karena masing tujuan memiliki kriteria dan cara, maka cara penyusunan tes pun harus sesuai dengan kriteria yang ditentukan
3.Selain Validitas suatu tes reliabilitas suatu tes merupakan hal yang perlu diperhatuikan karena tes dengan reliabilitas yang tinggi akan memiliki konsistensi hasil pengukuran yang tinggi akan tetapi perlu diingat bahwa suatu tes yang memliki Reliabilitas yang tinggi belum tentu memilki validitas yang tinggi . Maka sebagai pengujian yang harus dilakukan adalah validitasnya baru kemudian reliabilitasnya karena biasanya nya tes yang memiliki Validitas tinggi akan memiliki reliabilitas tinggi pula.
4.Karena dalam mencari dan menentukan Validatas dan reliabilitas memerlukan perhitungan statistik teretentu maka diharapakan para guru mampu dan memiliki pengetahuan dasar tentang statistik guna mempermudah melakukan perhitungan sehingga dapat dihasilkan suatu tes yang valid dan realiabel serta dapat dipertanggung jawabkan.

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Dasar-Dasar Pendidikan , ( Jakarta, Ditjen Bimbaga Islam dan Universitas Terbuka, 1995), hal 213-214
Anas Sujiono, Pengantar Evalusi Pendidikan , ( Jakarta, Pt Raja Grafindo Perasad, 2006), hal 2
Lgn –Masidjo, Penilaian hasil Belajar Siswa di sekolah , ( Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2007) Cet Ke 8

Juni 28, 2009

Cerita

BUKAN MOTOR SAYA

Siang itu ada acara pertandingan Volley Ball Antar Desa yang di pusat kan di desa yang tidak jauh dari desaku. Terus terang,ingin nya terus menyaksikan pertandingan yang sangat seru. Penonton berdatangan dari berbagai daerah .
Maklum daerah pegunungan motor yang ada disana adalah Motor Trill yang sudah tidak ada kunci kontaknya lagi . jadi sekali engkol maka mesin akan segera meraung dengan gagahnya .
Tiba - tiba terlintas di pikiranku untuk pulang sebentar . kebetulan tidak membawa motor karena motor sedang di rumahkan di sebuah bengkel karena penyakitnya yang sering kambuh muncul .
Tidak jauh dari tempatku berdiri kulihat si Didi tengah asyik duduk diatas sebuah Motor. Maka tanpa ragu aku menghampirinya lalu mengajaknya pulang .
" Pulang dulu Yuk … ! nanti kesini lagi " Ajak ku kepada si Didi.
"Ayo …!" kata Didi lalu bangkit dari motor.
" Ayo ..bawa motornya .. biar aku di bonceng aja " kata Didi sambil berdiri disamping motor .
Dengan tenang aku mengengkol motor , lalu motorpun segera meraung keras. Ketika motor hendak berjalan tiba terdengar sapaan dari samping kiriku .
" Mau pulang ya , aku ikut " kata wasdi kawanku dan ia langsung melompat keatas motor .
Akhirnya kami bertiga berangat pulang dengan tenang dengan berboncengan .
Ketika sedang asyik mengendari motor tiba - tiba motor yang kami kendarai di salib oleh sebuah motor . pengendara motor itu tampak kesal dan tersengal sengal .
" Hei …! Hei….! Stop ..! " teriaknya .
Kemudian dia menghentikan motornya di depan kami . dengan terpaksa aku mengerem motor dengan mendadak .
" Ada apa …? " Kata ku keheranan .
" kok kamu membawa motor saya ? " kata pengendara motor itu tersengal - sengal .wajah nya terlihat sangat pucat .
" Enak saja.. ! " jawabku
"Masa aku mau mabawa motor orang sembarangan" Kata ku lagi setengah ngotot .
Sementara Didi dan Wasdi haya terbengong -bengong melihat kejadian.
" Ini motor saya " Katanya Ngotot .
Kemudian dia mengeluarkan dompetnya .lalu mengeluarkan STNK Motor
" ini STNK nya " katanya lagi dengan serius .
Aku celingukan kemudian aku bertanya kepada Didi .
" Di...! ini motor kamu kan ..? " tanya ku kepada Didi .
Mendengar pertanyaanku didi bertambah bengong ..
" aku nggak bawa motor . … kan ini motor kamu !" kata didi lagi .
Akhir kami menyadari bahwa kami salah membawa motor . motor ini bukan motor Didi juga bukan motor saya .
Persoalan salah membawa motor tidak selesai sampai disitu. Sarman si pemilik motor telah menyerempet seorang kakek kakek dan sekarang sudah di bawa ke Puskemas..
Akhir kami semua semuanya sepakat untuk membiayai pengobatan sang kakek yang di serempet oleh Sarman .

Juni 26, 2009

PENDIDIKAN SEKOLAH DAN PONDOK PESANTREN

PENDIDIKAN SEKOLAH DAN PONDOK PESANTREN
DALAM MENGHADAPI ERA GLOBALISASI


A.Pendahuluan
Menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban sejak lahir hingga sampai liang lahat, perlu ada keseimbangan antara ilmu pengetahuan umum dan ilmu pengetahuan Agama. Kalau di pulau jawa atau daerah lain terdapat pesantren yang sekaligus mendirikan sekolah umum. Hal ini tidak menimbulkan masalah karena yang mengatur waktu dan system pembelajaran adalah satu lembaga yaitu pondok pesantren.
Tetapi banyak Pondok Pesantren yang berdiri merupakan pondok pesantren murni yang sama sekali tidak memasukan pelajaran umum dalam kurikulumnya. Maka salah satu Alternatif bagi masyarakat yang menginginkan anaknya mendalami ilmu agama dan illmu pengetahuan umum adalah dengan cara memasukan anaknya ke sekolah umum, dan sekaligus menitipkan anaknya di pondok pesantren.
Pada kenyataannya sering terjadi tarik menarik kepentingan antara sekolah dan Pondok pesantren yang akhirnya membuat kebingungan pada siswa / santri. Dan tidak jarang berakhir dengan memilih salah satu sekolah atau Pesantren walau itu merupakan pilihan yang dilematis.
Pendidikan lebih dari sekedar pengajaran, karena pada kenyataannya pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa atau negara membina dan mengembangkan kesadaran diri diantra individu-individu, yang dengan kedasaran itu bangsa dapat mewariskan kekayaan budaya atau pemikiran ke generasi berikutnya, hingga menjadi inspirasi bagi mereka dalam setiap aspek kehidupan. Berdasarkan kenyataan ini masyrakat Indonesia selain bertugas sebagai umat beragama, maka iapun harus menjalani tugasnya sebagi warga negara. Oleh karena itu pendidikan merupakan latihan fisik, mental dan moral bagi individu-individu sehingga mampu memenuhi tugasnya sebagi manusia dan menjadi warga Negara yang berarti bagi suatu negara
Pendidikan islam sesungguh mencakup hal yang lebih luas dan tidak terbatas hanya pada pendalaman ritual peribadatan, bahkan lebih jauh dari itu, sebagai mana dingkapkan oleh Dr. Yusuf Qardhawi yang memberi pengertian pendidikan islam sebagai berikut :
Pendidikan Islam adalah pendidikan Manusia seutuhnya; akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya; akhlak dan keterampilannya. Karena pndidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup, baik dalam perang, dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya

Hal lain di kemukakan oleh Endang Syaifuddin Anshori yang memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai berikut:
Proses bimbingan ( Pimpinan, tuntunan, usulan) oleh subjek didik terhadap perkembangan jiwa ( Pikiran, perasaan, kemauan, intuisi dan sebagainya) dan raga objek didik dengan bahan bahan materi tertentu dengan alat perlengkapan yang ada kearah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai ajaran islam

Lebih jauh lagi di jelaskan oleh Dr. Omar al-Toumy al-Syaibani membagi tujuan pendidkan Islam dalam tiga katagori yaitu Tujuan Individual, tujuan Sosial dan tujuan professional . Dengan berdasarkan tujuan-tujuan tersebut terlihat jelas arah pendidikan Islam yaitu berusaha membekali anak didik dengan keterampilan-keterampilan yang perlu bagi kepetingan dirinya dan masyarakat.
Namun disayangkan lembaga pendidikan yang mengkhususkan dirinya pada bidang keagamaan agaknya agak mengebelakangkan pentingnya pengetahuan umum yang berkembang disekitar kehidupan para santri bahkan terlihat agak menutup mata pada perkembangan teknologi, atau mungkin lebih ekstrim lagi menolak pendidikan umum untuk dipelajari oleh para santrinya. Bahkan terdapat ungkapan yang sering didengar dimasyrakat ungkapan :
“Bahwa diakhirat kelak tidak akan nada pertanyaan tentang matematika, Bahasa Inggris, Komputer dan sebagainya, yang akan ditanyakan hanyalah bagai mana ibadahmu di dunia” .
Pernyataan ini sungguh sangat meracuni, sehingga para santri yang memahami pernyataan itu secara harfiah akan menjadi anti pati terhadap ilmu pengetahuan umum dan kecenderungan untuk mempelajari agama dengan sungguh-sungguh dan mengabaikan perkembangan tekhnologi yang berkembang dihadapannya telah mendarah daging pada diri mereka.
Kepentingan manusia akan ilmu pengetahuan agama yang seimbang adalah hal yang sangat mutlak hal inipun telah disinyalir oleh Nabi Muhammad SAW belalui hadisnya yang menyatakan “ Barang siapa menginginkan dunia dengan Ilmu, barang siapa mengingin Akhirat dengan Ilmu dan barang siapa mengiginkan keduanya dengan Ilmu” . pernyataan ini merupakan petunjuk pokok bagi kaum muslimin agar mempelajari ilmu agama dan ilmu dunia secara seimbang , ini pula yang mendorong orang tua yang menyadari betapa pentingnya ilmu agama dan ilmu Umum hingga mereka menitip kan anaknya di dua lembaga pendidikan yang berbeda sekaligus.
Permasalahan timbul ketika otoritas dan eklusivisme lembaga pendidikan sering menjadikan siswa yang sekaligus menjadi santri berada posisi yang dilematis, mereka kadang mendapat tekanan dari dua lembaga yang berbeda yang memegang teguh otoritas dan aturan –aturan yang telah ditetapkan tanpa memandang dilema yang dihadapi oleh siswa.


B.Sekolah Sebagai Lembaga Pendidikan Formal
Pendidikan adalah kebutuhan mendasar manusia dan merupakan usaha untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi hidupnya dengan mengembangkan potensi yang dimilikinya dan memeilki kekuatan spiritual keagamaan sebagai mana di ungkatpakan oleh Dr.H. Juhri.AM, MPd menyatakan bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan ternecana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian , kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara .

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan secara sistematis dan sistemik yang selalu bertolak dari landasan dan asas tertentu, karena pendidikan merupakan pilar utama penegembangan manusia dan masyarakt suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia diharapkan pengusahakan dua hal penting yaitu :
1. Pembentukan manusia pancasila sebagi manusia pembangunan yang berkualitas tinggi dan mampu mandiri
2. Pemberian dukungan bagi perkembangan masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang mengalami krisis multi dimensi

Terdapat beberapa Landasan pendidkan yangmemiliki peranan penting dalam menentukan tujuan pendidian diantarannya adalah landasan Filosophis, Sosiologis dan Kultural dan didukung oleh landasan Ilmiah dan tekhnologi yang akan mendorong pendidikan menjemput masa depan
Lembaga pendidikan secara garis besar dapat di bagi menjadi tiga jenis yaitu pendidikan Formal, pendidikan Informal dan Pendidikan Non Formal .
Pendidikan formal merupakan usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, berencana, terarah dan sistematis melalui lembaga pendidikan yang disebut sekolah.
Pendidikan Informal adalah usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, tetapi tidak berencana dan tidak sistematis dilingkungan keluarga
Pendidikan Non Formal adalah pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja dan berencana tetapai tidak sistimetis diluar lingkungan sekolah.
Semua jenis lembaga pendidikan mempuyai tujuan yang sama yaitu untuk membentuk peserta didik mencapai kedewasaan, sehingga mampu berdiri sendiri dalam masyarakat sesuai nilai-nilai norma–norma yang berlaku dilingkungan masyarakatnya.
Sekolah merupakan pusat merupakan salah satu dari Tri pusat Pendidikan disamping rumah tangga dan Masyarakat. Sekolah menitik beratkan kepada pendidikan formal . Disekolah prosedur pendidikan diatur sedemikian rupa, ada guru , ada siswa, ada jadwal pelajaran yang berpedoman pada kurikulum dan silabus, ada jam–jam pelajaran tertentu dan dilengkapi dengan fasilitas dan saran pendidikan serta perlengkapan-perlengkapan dan peraturan-peraturan lainnya.

Sutari ( 1986) mengungkapkan bahwa : Sekolah pada hakikatnya adalah bertujuan untuk membantu orang tua mengajarkan kebiasaan-kebiasaan baik dan menambahkan budi pekerti yang baik, juga memberikan pendidikan untuk kehidupan didalam masyarakat yang sukar diberikan dirumah

Dengan melihat pernyataan diatas maka dapat ketahui bahwa sebenarnya sekolah merupakan bagian dari pendidikan keluarga dan merupakan lanjutan pendidikan keluarga. Selain itu sekolah berfungsi untuk menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dengan masyarakat.
Berdasarkan kurikulum yang berlaku saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan, dapat dilihat bahwa muatan pendidikan agama yang berikan di SMU tidak cukup memadai bagi siswa untuk memahami pelajaran agama Islam secara maksimal, hal ini ditandai dengan Alokasi waktu yang hanya 2 Jam pelajaran perminggu dan itu jelas tidak mencukupi untuk membahas ilmu agama yang demikian luas.
Lain halnya dengan Lembaga pendidikan Formal lainnya seperti MA ( madrasah Aliyah ), lembaga ini memiliki muatan pendidikan agama Islam yang lebih banyak jika dibandingkan dengan SMU. Tetapi kadang minat masyarakat atau siswa masih terlihat agak kurang . Hal ini menimbulkan tanda tanya besar bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Kembali kita melihat muatan kurikulum untuk lembaga pendidikan umum dapat kita lihat pada panduan Kurikulum yang telah dikeluarkan oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) yang meliputi Subtansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang mulai kelas X sampai dengan kelas XII. Struktur kurikulumnya disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajarn
Muatan Kurikulum yang tercantum dan ditetapkan oleh BSNP untuk SMA/MA kelas X terdiri dari 16 Mata pelajaran, muatan local dan pengembangan diri dan untuk kelas XI , XII terdiri dari 13 mata pelajaran, muatan local dan pengembangan diri . Jika dilihat dari muatan kurikulum yang ada di SMA dan MA Program IPA, IPS, dan Bahasa, dapat kita lihat bahwa alokasi waktu untuk pelajaran agama Islam sangat sedikit yaitu 2 Jam pelajaran perminggu. Kecuali pada program keagamaan. Dalam program keagamaan di MA disertakan materi pendidikan agama seperti Tafsir, Ushul Fiqh dan Ilmu kalam

C. Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Non Formal
Pondok Pesantren adalah lembaga yang memberikan pembelajaran kepada santri dengan tata cara yag khas, yang biasanya dipimpin oleh seorang Kyai dan dibantu oleh santri seniornya. Komponen Pesantren biasanya terdiri dari Kyai/ Guru, Santri, Asrama, Masjid, Rumakh Kyai ,dll.
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman prilaku sehari hari .
Adapun Pengertian tradisional diberikan kepada pesantren adalah bahwa lembaga ini telah hidup sejak ratusan tahun silam ( 300-400) tahun, dan menjadi bagian yang mendalam dalam system kehidupan umat islam di Indonesia yang merupakan golongan mayoritas bangsa Indonesia dan telah mengalami perubahan dari masa kemasa sesuai dengan perjalanan hidup umat
Tujuan Pendidikan Pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim yaitu kepribadian yang bertaqwa kepada tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat berkhidmat kepada masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau abdi masrakat yaitu menjadi pelayan masyarakat dengan mengikuti sunah rosul
Sejak zaman kerajaan mataram yaitu diadakannya satu tempat pengajian kitab, bagi murid murid yang telah khatam mengaji alqur’an, tempat pengajian itu disebut Pesantren . Pelajaran yang diajarkan di pesanatren adalah kitab–kitab besar dalam behasa Arab, yang diterjemahkan kata perkata kedalam bahasa daerah dan dilakukan secara bandungan ( Halaqah).
Kehadiran Pesantren ditengah masyarakat tidak hanya sebagi lembaga pendidikan tetapi juga sebagi lembaga penyiaran agama, dan social keagamaan. Pesantren berhasil menjadikan diriya sebagai pusat gerakan pengembangan Islam. Diakui oleh Dr. Soebardi dan Frof . John :
“Lembaga-lembaga Pesantren itulah yang paling menentukan watak keislaman dari kerajaa-kerajaan Islam, dan yang memegang perananpaling penting bagi penyebaran islam sampai ke pelosok-pelosok. Dari lembaga pendidikan Peasantren itulah asal usul sejumlah manuskrip tentang pengajaran Islam di Asia Tenggara yang tersedia secara terbatas, yang dikumpulkan oleh pengembara-pengembara pertama darai perusahaan-perusahaan dagang Belanda dan Inggris sejak akhir abad 16. Untuk dapat betul-betul memahami sejarah Islamisasi diwilayah ini, kita harus mulai mempelajari lembaga-lembaga pesantren karena lembaga-lembag inilah yang menjadi anak panah penyebaran Islam di wilayah ini”

Secara Historis PESantren juga telah membuktikan dirinya sebagai suatu lembaga pendidikan Islam yang mapan ( Establish). Perubahan social, Politik, Ekonomi, Kebudayaan dan lain-lain sejauh ini tidak terlihat begitu berpengaruh terhadap kelanjutan Eksistensi Posantren sejaka berdirinya, Masa penjajahan, dan dalam zaman kemerdekaan sekarang ini dan membuktikan diri sebagai benteng kultural dan keagamaan umat yang tangguh.
Suatu lembaga pendidikan akan berhasil menyelengarakan kegitannya jika ia dapat mengintegrasikan dirinya kedalam kehidupan masyarakat yang melingkarinya. Keberhasilan ini menunjukan kecocokan nilai antara lembaga pendidikan yang besangkutan dan masyarakat. Lembaga pendidikan akan di minati oleh masyarakat apabila mampu memenuhi kebutuhan mereka akan kemampuan ilmu dan teknologi untuk menguasai suatu bidang ilmu tertentu, dan kemampuan moral keagamaan dan moral sosial budaya untuk menempatkan mereka ditengah-tengah pergaulan bersama sebagai manusia terhormat.
Berkaitan dengan hal tersebut Pondok Pesantren telah terbukti mampu hidup menyatu dengan masyarakat sekitarnya bahkan menjadi rujukan bagi masyarakat sekitarnya dalam bidang moral. Pesantren sering diidealkan sebagai komunitas ideal dan sakral.
Tetapi disisi lain, Pesantren sering dinilai kurang berorientasi pada pendidikan keduniawian, terlalu mementingkan orientasi kehidupan ukhrawi. Pesantren dinilai sebagai lembaga pendidikan yang mendidik santri untuk menjadi orang saleh yang idealis, moralis dan kurang berorientasi pada keduniawian, Melihat kenyatanan ini Fuad Hasan menyatakan bahwa :
“Pendidikan Islam umumnya dan Pondok pesantren pada khusunya dianggap sebagai lembaga pendidikan tradisional harus menyesuaikan diri dengan tantangan zamannya. Pesantren sebagai institusi pendidikan dalam islam harus mampu membuka pintunya untuk Sain”

Potensi Pesantren sebagai suatu Lembaga pendidikan Islam di Indonesia cukup besar dan kuat, besar dari segi kuantitas . Menurut catatan Departemen Agama (1982) terdapat 49080 Pesantren di Indonesia dan Jumlah santri 735.417 . Diantara beberapa Pesantren menyelenggararakan pendidikan tingkat Ibtida’iyah, Tsanawiyah dan Aliyah, bahkan sekarang ada beberapa pesantren yang cenderung membuka sekolah sekolah umum seperti SD, SMP dan SMA.
Di Indonesia terdapat dua jenis pondok pesantren jika dilihat dari bentuk penyelengaraanya yaitu Pondok Pesantren Khalafiyah atau Ashriyah dan pondok Pesantren Salafiyah .
Pondok Pesantren Khalafiyah yaitu Pondok yang mengadopsi system pendidikan madrasah atau sekolah, kurikulum yang digunakan disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku, baik tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMU/MA yang telah ditetapkan oleh Mentri Agama. Dengan menggunakan Model ini santri lulusan dapat melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi .
Pondok Pesantren Slafiyah yaitu Pondok pesantren yang masih tetap mempertahankan system pendidikan klasik khas pondok pesantren, baik kurikulum dan metodologi pemebelajaranya, materi ajarannya meliputi Ilmu-ilmu agama islam dengan menggunakan Kitab Klasik ( kitab Kuning). Santri lulusan sulit melanjutkan kejenjang berikutnya karena kurang jelas jenjangnya.
Dalam pendidikan pesantren, umum nya materi pelajaran yang diberikan secar intens dan simultan lebih menekankan pada ajaran yang bukan dasar, lebih menyempit lagi diskursus yang sangat berkembang dan yang dianggap penting adalah bidang fiqih semata. Sementara kajian tentang ajaran dasar atau setidaknya ajaran yang dibutuhkan dalam usaha memahami ajaran dasar kurang mendapat perhatian yang serius. Sistem pendidikan yang dibangun dalam rangkaian sejarah telah melahirkan sejumlah jiwa pesantren yang meniscayakan Stadarisasi nilai. Jiwa pesantren terimplikasi dalam panca jiwa pesantren yaitu :
a.Jiwa Keikhlasan
b.Jiwa Kesederhanaan tapi agung
c.Jiwa Ukhuwah Islamiyah
d.Jiwa Kemandirian
e.Jiwa bebas dalam memilih Alternatif jalan hidup masadepan dengan jiwa besar dan optimis .

Sistem penndidikan Pesantren didasari, digerakan, dan diarahkan oleh nilai –nilai kehidupan yang bersumber pada ajaran dasar Islam. Hampir seluruh Pesantren di jawa mengikuti Mazhab Safi’i . Ciri dari Mazhab ini antara lain adalah keterikatannya pada hadis yang sangat tinggi dalam menentukan ijtihad. Implikasnya dalam proses belajar mengajar dipesantren adalah mengandalkan kemapuan mengingat dan menghafal. Buku Buku tasawuf yang menggabungkan fiqih dengan amalan-amalan akhlak merupakan pelajaran utama di pesantren seperti kitab Tasawuf Imam Ghazali : Ihya Ulumuddin, Bidayatul Hidayah, Minhajul abidin dan lain-lain. selain terpengaruh oleh kitab –kitab karya Imam Ghazali, hampir semua pesantren sangat terpengaruh oleh kitab Ta’lim Muta’alim Karya Sekh Az –Zarnuji. Kitab ini menjadi pedoman bagi santri dalam menuntut ilmu di Pesntren.
Mastuhu dalam bukunya Dinamika sitem pendidikan pesantren menyatakan:
“Pesantren memiliki fungsi yang konfrehensif sebagi lembaga pendidikan, sosial dan penyiaran agama yang memilki prinsip prinsip tersendiri yaitu : Theocentric, Sukarela dan mengabdi, Kearifan, Kesederhanaan, Kolektivitas, Mengatur kegiatan bersama, kebebasan terpimpin, Mandiri, Pesantren adalah tempat tempat mencari ilmu dan mengabdi, Mengamalkan ajaran agama, Tanpa ijazah, Restu kyai .

Tantangan yang dihadapi Pesantren semakin lama semakin besar, komplek dan mendesak sebagi akibat meningkatnya kebutuhan pembangunan dan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Tantangan ini menyebabkan terjadinya pergeseran nilai dipesantren, baik menyangkut sumber belajar maupun nilai yang menyangkut pengelolaan pendidikan . Indikator pergeseran itu adalah:
a.Kyai bukan lagi satu-satunya sumber belajar
b.Sudah banyak Pesantren yang menyelenggarakan Pendidikan Formal
c.Santri membutuhkan ijazah dan penguasaan bidang keahlian
d.Di kalangan santri terdapat kecenderungan yang semakin kuat untuk mempelajari sain dan tekhnologi
e.Belajar dengan uang sudah memasuki dunia pesantren

Sudah banyak Pesantren yang mulai membuka dirinya pada Sain dan teknologi, tetapi masih terdapat beberapa Pesantren yang masih bertahan dengan tradisi lama, baik dari segi materi atau pola pembelajarannya. Masih banyak Pondok pesantren yang menutup pintu untuk ilmu pengetahuan dan teknologi dan tidak menganggap itu penting, hal itu terlihat dari mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh santri. Diantarnya adalah pondok –pondok Pesantren Salafiyah.

D.Sekolah Sambil Mesantren
Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia ( SDM) merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pemabangunan dan perkembangan di Indonesia dan menjadi batu sandungan dalam era globalisasi karena eraglobalisasi adalah era persaingan mutu dan kualitas. Jika Indonesia ingin berkiprah dalam percaturan Global, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah menata SDM baik dari Aspek intelektual, emosional, spiritual, kreativitas, moral maupun tanggungjawabnya.
Penatan SDM perlu diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan melalui sitem pendidikan yang berkualitas, baik pada jalur Formal, non formal, maupun Informal, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Tetapi ada indicator yang meyatakan bahwa pendidkan belum mampu menghasilkan SDM yang berkualitas Dr. E Mulyasa dalam bukunya Menjadi Kepala sekolah yang Profesional mengidentifikasi indicator kegagalan pendidikan untuk mengahasilkan SDM yang berkualitas dengan indicator sebagi berikut:
1.Masalah tenaga kerja yang terkatung-katung, bahkan tanpa pemecahan yang jelas, hal ini menunjukan betapa dipandang rendahnya SDM Indonesia di Negara lain
2.Banyaknya Isu Teroris, bahkan Indonesia dituduh sarang teroris
3.Hasil analisis berbagai ahli menunjukan bangsa Indonesia merupakan bangsa yang koruptor terdepan didunia
4.Banyak generasi muda, pelajar dan mahasiswa yangdiharapkan menjadi tulang punggungpembengunan, justru menjadi beban pembengunan karena keterlibatannya dengan Narkoba , VCD Porno dan Perjudian
5.Sebagi akumulasi dari kemepatfaktor diatas, ternyata bahwa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara belum tumbuh budaya mutu, malu, kerja, baik dikalangan pemimpin maupun masyarakat

Melihat indicator kegagalan Pendidikan dalam menghadapi era globalisasi tidak terlepas dari keberadan dan kualitas lembaga pendidikan tempat siswa atau santri menuntut ilmu. Masalah tenaga kerja yangtekatung katung lebih disebabkan karena kualitas pendidikan yang rendah di bidang pengetahuan dan tekhnologi, sehingga menghasilkan produk yang tidak mampu mengahadapi dunia kerja yang semakin canggih dan modern. Kegagalan di bidang moral keagamaan juga menimbulkan terjadinya korupsi dan keterlibatan generasi muda pada narkoba. Dan kegagalan dalam mengaplikasikan pemahaman keagamaan menimbul terjadinya terorisme dengan mengatas namakan Agama.
Melihat kenyataa tersebut semakin meyakinkan pentingnya keseimbangan antara pengetahuan umum dan teknologi serta pengetahuan agama dalam dunia pendidikan guna menghasilkan generasi yang siap bersaing di era global dengan moral keagamaan yang mapan.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya keseimbangan akan ilmu Agama dan Ilmu pengetahuan serta tekhnologi, mendorong siswa berada pada sisi yang dilematis. Pilihan yang harus diputuskan berhadapan dengan konsekwensi yang cukup dilematis yaitu antara belajar focus pada pendidikan agama, yaitu lewat Pondok Pesantren atau memilih lembaga pendidikan umum yang muatan pendidikan Agamanya sangat terbatas.
Sebenarnya sudah banyak Pondok Pesantren yang membuka pendidikan umum dilingkungannya seperti halnya pondok Pesantren modern, tetapi di wilayah sumberjaya belum terdapat pondok Pesantren yang modern. Semua Pondok Pesantren yang didirikan Lampung Barat Khususnya Kecamatan Sumberjaya masih merupakan Pondok pesantren Salafiyah.
Sebenarnya Pemerintah sudah mulai memberikan solusi guna memasukan unsur pengetahuan umum kePondok pesantren Salafiyah yaitu dengan di munculkannya Program Wajar Dikadas. Dengan tujuan meningkatkan peran pondok Pesantren Salafiyah sebagai lembaga pendidikan Msayarakat, serta membuka kesempatan santri yang ingin melajutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Program Wajar dikdas merupakan kesepakatan antara Mentri Pendidikan Nasional dan Mentri Agama melalui Surat keputusan Bersama ( SKB) Nomor : 1/U/KB/2000 dan Nomor : MA/86/2000 , tentang pondok pesantren Salafiyah sebagi Pola Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan tahun.
Selain itu lembaga pendidikan formal di bawah naungan Departemen Agama memberi muatan agama islam yang cukup seperti MI, MTs, MA tetapi kecenderungan masyarakat untuk memasukan anaknya ke lembaga pendidikan formal umum lebih tinggi, hal ini disebabkan oleh tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan tersebut yang dianggap akan menimbulkan kesulitan jika ingin melanjutkan kejenjang berikutnya atau dalam rangka mencari lapangan kerja.
Problematika pentingnya Pendidikan Agama Islam yang diajarkan di pondok pesantren dan tantangan kemajuan teknologi dan pengakuan tentang ijazah, akhirnya memabawa kepada keputusan beberapa kalangan masyarakat untuk memasukan anak-anaknya kedua lembaga secara bersamaan yaitu Sekolah sebagai lembaga pendidikan umum dan Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Agama. Dengan harapan akan memenuhi kualifikasi ilmu pengetahuan dan tekhnologi dengan ijazah yang diakui guna memperoleh lapangan kerja yang memadai dan memilki pengetahuan agama yang mapan agar dapat mendalami ilmu agama islam dengan baik serta mampu mengamalkannya dalam kehidupannya bermasyarakat.
Pilihan untuk menempuh pendidikan formal umum dengan pendidikan agama secara bersamaan merupaka pilihan yang ideal bagi masyarakat yang tidak memiliki pilihan lain guna menyeimbangkan antara pendidikan Agama Islam dan penegetahuan umum serta tekhnologi modern. Pilihan ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh dua jenis penegetahuan yang dibutuhkan untuk kehidupannya didunia dalam rangka mengahadapi kemajuan teknologi dan globalisasi yang semakin berkembang dan pengetahuan agama yang dapat membentengi setiap gerakan hidupnya dengan berlandaskan pada Keimanan dan ketakwaan dengan moral agama.
Sekarang ini umat Islam memerlukan kerangka pikiran yang bersifat menyeluruh dan sistematis sebagai mana ditulis oleh Nurkholis Majid :
Suatu kerangka pikiran (Intellectual framework) yang bersifat meneyeluruh dan sistemetis. Dalam kerangka pikiran itu harus dapat dilihat dengan jelas peta pandangan hidup muslim secara bulat, dan dapat diterangkan hubungan suatu pandangan tertentu dengan keseluruhan konsepsi Islam itu. Dan Alqur’an sebagai sumber ajaran yang tak habis-habinya itu membuka kemungkinan bagi umat islam bagi tersusunnya kerangak pikiran yang menyeluruh

Melihat pernyataan Nucholis Majid maka jelas Bahwa Pendidikan Islam merupakan suatu usaha mempersiapkan muslim agar dapat menghadapi dan dan menjawab tuntutan kehidupan dan perkembangan zaman secara manusiawi . Dan hal tersebut dapat dipenuhi jika berada dalam lembaga pendidikan Formal yang minim dengan pengajaran Agama atau berada dilembaga pendidikan Islam yang menutup diri dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Usaha –usah pendidikan berdasarkan kepentingan anak didik, masyrakat Islam dan umat Islam secara keseluruhan sangat diperlukan. Dengan demikian diperlukan pendekatan yang lebih intelegen terhadap masalah kependidikan masa depan
Tedapat konsep umum yang menyeluruh tentang pendidikan Islam dengan mengintegrasikan nilai-nilai dan ideology Islam kedalam teori-teori ilmu social, kemanusiaan, Filsafat, Sosiologi dan kebijaksanaan ilmu pengetehuan dan tekhnologi. Konsep ini telah diirumnuskan dalam konfrensi Pendidikan Islam Dunia di Jeddah tanggal 31 maret -8 maret 1997 .
Kalau kita kembali meninjau masalah tujuan pendidikan Islam, jelas keseimbangan antara Ilmu pengetahuan dan teknologi harus diseimbangkan dengan pengetahuan agama. Tapi pada fakta dilapangan masih terdapat beberapa lembaga pendidikan yang fokusnya hanya terarah pada satu bidang saja yaitu ilmu pengetahuan umum dan Tekhnologi atau Pendidikan Agama islam, hal ini dapat dilihat dilembaga pendidikan umum dan pensantren khususnya pesantren Slafiyah.
Melihat kenyataan ini banyak masyarakat yang mengambil jalan tengah yaitu dengan memilih lembaga pendidikan umum dan pesantren sekaligus dengan harapan mereka akan memeperoleh keseimbangan antara ilmu penetahuan umum dan lmu pengetahuan agama. Langkah ini dilakukan didorong oleh kesadaran dan keinginan untuk meperoleh anak yang memeliki Ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai dengan ijazah guna menghadapi kehidupan Masa depan di era globalisasi dan anak yang memiliki penegethuan agama yang luas hingga mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pilihan ini adalah pilihan yang dianggap paling tepat, tetapi kadang siswa mengalami masalah yang sangat dilematis, diantara masalah yang dihadapi oleh siswa yang sekolah sambil mesantren adalah :
1. Ketidak mampuan mereka untuk membagi waktu untuk menerima pelajaran dari dua lembaga pendidikan dengan jumlah pelajaran yang lebih banyak.
2. Adanya otoritas lembaga dalam menerapkan peraturan sehingga membuat siswa atau santri berada pada posisi yang dilematis, siswa atau santri terpaksa harus memilih salah satu lembaga, Pendidikan Umum atau Pesantren.
3. Belum adannya kerja sama yang simultan antara lembaga pendidikan umum dan pondok pesantren dalam menyikapi siswa yang sekolah sambil mesantren. Hal ini meyebabkan masing masing lembaga menerpakan segala aturannya secara total dan sama kepada seluruh santri tanpa ada pengecualian.
Sekolah sambil mesantren adalah merupakan solusi untuk memperoleh keseimbangan ilmu pengetahuan, tetapi keputusan ini menuai masalah yang disebabkan tidak terjalinnya kerja sama antara dua lembaga yang berbeda. Tidak adanya kerja sama ini lebih besar disebabkan karena eklusivisme lembaga dan belum ada kesadaran bahwa lembaga pendidikan umum dan Pondok pesantren dapat salaing mengisi dan melengkapi guna mencapai tujuan pendidikan Islam yang universal..
E.Kesimpulan
Berdasarkan urian diatas maka dapat disimpulkan hal hal sebagi berikut :
1.Pendidikan adalah kebutuhan mendasar manusia dan merupakan usaha untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi hidupnya dengan mengembangkan potensi yang dimilikinya dan memiliki kekuatan spiritual keagamaan
2.Jika dilihat dari muatan kurikulum yang ada di SMA dan MA Program IPA, IPS, dan Bahasa, dapat kita lihat bahwa alokasi waktu untuk pelajaran agama Islam sangat sedikit yaitu 2 Jam pelajaran perminggu. Kecuali pada program keagamaan. Alokasi waktu ini sangat tidak memadai untuk memahami Agama Islam yang demikian luas dan universal
3.Sudah banyak Pesantren yang mulai membuka dirinya pada Sain dan teknologi, tetapi masih terdapat beberapa Pesantren yang masih bertahan dengan tradisi lama, baik dari segi materi atau pola pembelajarannya. Masih banyak Pondok pesantren yang menutup pintu untuk ilmu pengetahuan dan teknologi dan tidak menganggap itu penting, hal itu terlihat dari mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh santri. Diantarnya adalah pondok –pondok Pesantren Salafiyah.
4.Melihat indicator kegagalan Pendidikan dalam menghadapi era globalisasi tidak terlepas dari keberadan dan kualitas lembaga pendidikan tempat siswa atau santri menuntut ilmu. Masalah tenaga kerja yangtekatung katung lebih disebabkan karena kualitas pendidikan yang rendah di bidang pengetahuan dan tekhnologi, sehingga menghasilkan produk yang tidak mampu mengahadapi dunia kerja yang semakin canggih dan modern. Kegagalan di bidang moral keagamaan juga menimbulkan terjadinya korupsi dan keterlibatan generasi muda pada narkoba. Dan kegagalan dalam mengaplikasikan pemahaman keagamaan menimbul terjadinya terorisme dengan mengatas namakan Agama.
5.Sekolah sambil mesantren adalah merupakan solusi untuk memperoleh keseimbangan ilmu pengetahuan, tetapi keputusan ini menuai masalah yang disebabkan tidak terjalinnya kerja sama antara dua lembaga yang berbeda. Tidak adanya kerja sama ini lebih besar disebabkan karena eklusivisme lembaga dan belum ada kesadaran bahwa lembaga pendidikan umum dan Pondok pesantren dapat salaing mengisi dan melengkapi guna mencapai tujuan pendidikan Islam yang universal..

DAFTAR PUSTAKA
Azyumardi Azra, Essai-Essai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islanm, (Jakarta, Pt Logos Wacan Ilmu, 1999),
Azyumardi Azra, Esei-esei Intelektual Muslim & Pendidikan Islam,( Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1999),
Deliar Noer, “Kinfrensi Islam sedunia”, dalam, Bunga Rampai dari negeri Kangguru”( Jakarta, Panji Masyarakat,1981)
Depag RI, Pedoman Supervisi Pondok Pesantren Salafiyah, ( Jakarta, Ditjen Bimbaga Islam, 2002)
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan, ( Bandung , Rosdakarya, 2007), hal 54
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, ( Bandung , Rosda Karya, 2007)
Endang Syaifudin Anshari, pokok-Pokok Pikiran Tentang Islam, ( Jakarta, Usaha Interprise, 1976)
Fuad Hasan, Selayang Pandang Pendidikan Islam dalam Pesantren, ( Jakarta , P3M, 1985), No I /Vol.II/1985
Hadi Sutrisno, Metodologi riset, ( Jogjakarta, Yayasan Penerbit Fakultas Fsykologi UGM,1982)
Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2007)
H.M. Arifin, Aminuddin Rasyad, Dasar-dasar pendidikan, ( Jakarta, Ditjen Bimbaga Islam dan Universitas terbuka, 1992)
Juhri.AM, Landasan dan Wawasan Pendidikan Suatu pendekatan Kompetensi guru, ( Jakarta, Panji Grafika, 2006)
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidkan Pesantren,, (Jakarta, INIS, 1994 )
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, ( Jakarta, Hidakarya Agung, 1996),
Nurcholish Majid, “ Al-qur’an , Kaum Intelektual dan Kebangkitan Kembali Islam” , Dalam , Rusdi Hamka dan Iqbal Emsyarif Saimima(ed) , Kebangkitan Islam dalam Pembahasan, ( Jakarta, Nurul Islam, 1980),
Suwendi, Sejarah dan pemikiran Pendidikan Islam,( Jakarta, Pt Raja Grafindo Persada, 2004)
Winarno Surakhmad, Situasi Kependidikan dan Peranan Intelegensi dalam Negara Yang Sedang Berkembang, Ikhtisar ceramah, tidak diterbitkan , Jakarta , 4 September, 1981
Yusuf Qodhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan AlBana, terj. Bustani A Gani dan Zainal Abidin Ahmad, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1980)
Zamchsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, ( Jakarta, LP3ES, 1982),

Juni 20, 2009

. Pendidikan Multikulural

Istilah multikultural dalam bahasa Indosenia berasal adari kata Multi yang berarti beragam atau banyak macam dan kultur yang berarti kebudayaan . Proses pembelajaran tidak terlepas dari keragaman budaya yang dimilik peserta didik sebagi bagaian dari anggota masyarakat. Menurut Taylor yang dimaksud budaya adalah suatu keseluruhan yang komplek dari pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum , adat istiadat serta kemampuan-kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagi anggota masyarakat
Pendidikan Multikultural adalah proses penanaman cara hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap keaneka ragaman budaya yang hidup ditengah, tengah masyarakat yang plural. Dengan pendidikan multi kultural diharapkan adnaya kekenyalan dan kelneturan mental bangsa menghadapi benturan konflik sosial, sehingga persatuan bangsa tidak mudah patah dan retak
Keinginan menyelenggarakan pendidikan multi kultural muncul dalam masyarakat yang majemuk yang menyadari kemajemukannya dan menyadari dirinya terdiri dari berbagai golongan yang berbeda secar etnis, sosial ekonomis dan kulturral. Masyarakat ini disebut masyarakat yang pluralistik atau heterogen.. Ketiadaan pendidikan multi kulutral menimbulkan ketegangan dalam kehidupan sosial, karena dalam masyarakat yang majemuk selalu ada prasangka yang mempengaruhi interaksi sosial antara berbagai golongan penduduk. Seperti prasnagka antara golongan pribumi dan non pribumi, prasangka antara golongan Islam dan Non Islam begitu juga sebaliknya. Berbagai prasangka bisa berubah menjadi saling mencurigai, saling memebenci yang akhirya menimbulkan komplik yang berkepanjangan dan memeungkinkan timbulnya tragedi kemanusiaan. Rasa saling mencurigai dan saling membenci dapat berubah menjadi saling memahami dan saling menghormati, hal ini ditentukan oleh cara berbagai penduduk yang majemuk mengelola prasngka prasngka sosial yang ada dalam diri masing-masing.
Pendidikan Multi kultural merupakan upaya kolektif suatu masyarakat majemuk untuk mengelola berbagai prasangka sosial yang ada dengan cara yang baik . Tujuannya adalah menciptakan hubungan yang serasi dan kreatif antara berbagai golongan penduduk dalam masyarakat. Melalui pendidikan multi kultural , siswa yang datang dari berbagai golongan penduduk dibimbing untuk saling mengenal cara hidup mereka, adat istiadat, kebiasa, memahami aspirasi mereka serta untuk mengakui dan menghormati bahwa tiap golongan memilki hak untuk menyatakan diri menurut cara masing masing. Melalui pendidikan berbasis multi kultural, sikap dan pemikiran ( Mindset) siswa kan lebih terbuka untuk memahami dan menghargai keberagaman. Dan diharapkan menjadi salah satu metode efektif untuk meredam konflik, selain itu multi kultural bisa mengubah pemikiran peserta didik untuk benar-benar tulus menghargai keberagaman etnis, agama, ras, dan antar golongan.
IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF PLURALISME
(Studi di DI SMP Negeri 1 Sumberjaya Lampung Barat)
ABSTRAK
Keragaman dalam agama Islam merupakan suatu keniscayaan. Konflik golongan dalam agama Islam sering terjadi. Sikap masyarakat terhadap pluralisme erat kaitannya dengan pola pendidikan yang dilaksanakan, berkaitan langsung dengan kurikulum, isi kurikulum dan materi pembelajaran pelajaran. Ekslusivisme materi kadang menimbulkan pertentangan pada siswa, bahkan guru yang tidak memahami keberagaman golongan dalam Islam.
Berdasarkan kenyataan itu maka anak didik perlu diberi pemahaman tentang keberagaman sejak dini. Dengan demikian toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan yang ada akan timbul dalam masyarakat Islam, sehingga kedamaian dan kebersama umat Islam dapat dicapai.
Masalah–masalah yang ditemui berkaitan dengan kurikulum dalam Perspektif pluralisme adalah : Masih terjadi konflik antar golongan dalam Islam sebagai akibat dari Ta’asub, terjadi kebingungan pada siswa manakala pelajaran yang diterima disekolah berbeda yang ia terima ditempat mereka mengaji. Walau dalam kurikulum sudah tercantum pernyataan tentang pluralisme tetapi pada silabus belum terlihat jelas dan implementasinya belum dilaksanakan dengan baik.
Penelitian ini difokuskan pada implementasi kurikulum PAI dalam perspektif pluralisme dalam materi pelajaran dan proses pembelajaran, dengan rumusan masalah : Bagaimana Implementasi kurikulum PAI dalam Perspektif pluralisme di SMPN 1 Sumberjaya ?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi kurikulum PAI dalam perspektif pluralisme pada bahan ajar dan proses pembelajaran, sehingga mengetahui dan menemukan langkah–langkah bijak dalam menyikapi pluralitas Islam dalam pengajaran Islam disekolah.
Penelitian ini merupakan studi terhadap kurikulum dan implementasinya dalam perspektif pluralisme di SMPN 1 Sumberjaya, dengan cara meneliti dokumen kurikulum, silabus, RPP, bahan ajar yang digunakan guru dan cara guru menyampaikan materi yang berkaitan dengan pluralisme .
Pengumpulan data dilakukan melalui studi dekumentasi, wawancara dan observasi lapangan. Penelitan yang dilaksanakan adalah penelitian Deskriftif kualitatif, langkah-langkah analisisnya dilakukan dengan cara; Reduksi data, Display data, verifikasi dan akhirnya menarik kesimpulan untuk menjawab pertanyaan : Bagaimana Implementasi kurikulum PAI dalam perspektif pluralisme di SMPN 1 Sumberjaya ? .
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa muatan kurikulum sekolah jelas menghendaki adanya pemahaman terhadap pluralisme dan sebenarnya guru memiliki peluang untuk memasukan unsur pluralisme dalam silabus dan RPP, tetapi unsur pluralisme yang telah muncul hanya pada masalah shalat tarawih dan masalah lainnya belum disampaikan kepada siswa karena berbagai alasan. Dengan demikian implementasi Kurikulum PAI dalam perspektif pluralisme belum dilaksanakan dengan baik dalam proses pembelajaran.

media

PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN DI SMPN 1 SUMBERJAYA
( Kajian tentang ketersediaan dan pemanfaatan media Pembelajaran )

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar adalah proses yang komplek, proses belajar terjadi karena ada interaksi antar seseorang dengan lingkungannya , maka belajar biasa terjadi kapan saja dimana saja dan bagai mana saja.
Metode pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru akan sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa, Kedudukan metode dalam pengajaran sangat penting dan memberikan pengaruh terhadap anak didik serta menentukan keberhasilan penagajaran. Kedudukan metode adalah : 1). sebagai alat motiivasi ekstrinsik . 2) sebagai strategi pembelajaran . 3) sebagai alat untuk mencapai tujuan [1]. Ada keterkaitan yang sangat erat antara dan media pembelajaran yang digunakan bahkan hampir tidak dapat dipisahkan.
Penggunaan Media yang cocok sangat mempengaruhi proses pembelajaran. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi makin mendorong upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil hasil tekhnologi sebagai alat yang digunakan untuk mempercapat dan mempermudah proses pembelajaran.
Seorang guru sekurang-kurangnya harus mampu menggunakan alat yang sederhana, murah dan efisien sebagai media pembelajaran, Media pembelajaran yang digunakan walau sederhana dan murah tetapi harus merupakan upaya dalam mencapai tujuan yang diharapkan..
Tuntutan lain bagi seorang guru selain harus mampu menggunakan dan memanfaatkan media pembelajaran yang ada, para guru juga dituntut agar mampu mengembangkan keterampilan membuat media pengajaran yang akan digunakan jika media pembelajaran itu belum tersedia.
Pengetahuan yang harus dimiliki seorang guru yang mencakup masalah media pembelajaran adalah sebagai berikut :
1.Media sebagai alat komunikasi agar lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.
2.Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
3.Seluk beluk proses pembelajaran
4.Hubungan antara metode mengajar dan media pembelajaran
5.Nilai atau manfaat Media pembelajaran dalam pengajaran
6.Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran
7.Berbagai jenis media pembelajaran
8.Media pemebelajarn dalam setiap mata pelajaran
9.Usaha inovasi dalam media pembelajaran
Penggunaan dan pengembangan media pembelajaran merupakan salah satu alat yang mampu mengatasi kesulitan belajar siswa, maka tidak pilihan lain bagi para guru untuk mencari memanfaatkan media pembelajarn dalam rangka mempercepat dan membantu proses pembelajaran.
[1] Syaiful Bahri Djamarain,Drs, Aswaan Zain,Drs, Strategi Belajar mengajar , Rineka Cipta, Jakarta ,Hal 82