Juli 06, 2009

Aliran pendidikan

Aliran-Aliran pendidikan
Ada empat aliran pendidikan yang sangat terkenal, jelaskan perbedaan –perbedaan asumsi yang melatar belakangi keempat aliran tersebut
a)Nativisme dipelipori oleh Schopen hauer berpendapat bahwa bayi terlahir sudah dengan pembawaan sifat baik dan buruk .
Nativisme pandangan bahwa keterampilan–keterampilan atau kemampuan tertentu bersifat alamiah, sudah tertanam dalam otak sejak lahir, Nativisme menganggap bahwa akal budi memiliki unsur-unsur pengetahuan yang tidak berasal dari sensasi, bahan bahan didalam pengetahuan manusia, alam setiap individu tidak terganntung kepada pengalamannya teori ini menekankan pada ide bawaan( Innate ideas) atau Heriditas . Paham Nativisme menyatakan pengaruh dari luar atau eksternal yang disengaja tidak dapat mempengaruhi perkembangan manusia.

b) Empirisme melalui john locke ( 1704-1832) menyatakan bahwa pembentukan keribadian manusia sangat ditentukan oleh rangsangan dari lingkungan luar. Empirisme atau Tabularasa berlawanan dengan Nativisme, Empierisme menyatakan bahwa otak hanya sedikit memiliki kemampuan bawaan dan hampir segala sesuatu dipelajari melalui interaksi dengan lingkungan diantara tokohnya adalah Emanuel Kant. Filsafat Empirisme inggris berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa manusia alami diantara tokohnya adalah Charles SandrePierce , William James, John dewey, dan Heraklitos.
Aliran Empirisme dirintis oleh Francis bacon ( 1561) dan Thomas Hobbes ( 1588- 1679). Empirisme menekankan pada pengalaman indrawi, menurut John lock pengetahuan dibentuk oleh gagasan yang berasal dari sensation yaitu pengindraan dari luar, disamping itu ada juga pengetahuan yang dibentuk oleh gagasan yang berasal reflection yaitu pengalaman dari dari jiwa karena pengolahan oleh sensation. Bahwa jiwa itu kosong bagikan kertas putih yang belum terisi atau tabularasa, tak ada satupun yang dibawa sejak lahir, melainkan pengalaman yang membentuk jiwa . Aliran empirisme ini sangat berpengaruh terhadap paham aliran Filsafat Pragmatisme yang berkembang luas dalam dunia pemikiran kependidikan Amerika serikat.

c)Naturalisme oleh J,J. Reosseau ( 1712 -1778 ) yang menyatakan bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan banyak. Segala sesuatu barasal dari alam dan tiada sesuatupun yang ada itu terdapat dibaliknya, Naturalisme modern cenderung untuk menjadi pluralisme dimana terdiri dari banyak tipe benda benda alamiah (Barnadib ,1988) dan manusia alamiah dikatakan oleh Reusseau manusia dilahirkan dari kandungan alam adalah manusia baik tetapi manusia seperti dihasilkan oleh hidup bermasyarakat adalah jahat. Untuk mengatasi manusia dari alienasi, manusia harus kembali kepada keadaan lamiah. Aliran Naturalisme mengetengahkan tiga prinsip tentang belajar mengajar yaitu : a) Anak didik belajar melalui pengalaman sendiri, proses ini bersifat Alami , b) Pendidik berada diluar proses belajar anak secara langsung , pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang favorable, pendidik berperan sebagai pasilitator atau nara sumber, tanggung jawab belajar terletak pada diri siswa sendiri. c ) Program pendidikan harus sesuai dengan minat dan bakat anak didik, dengan menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi pada pola belajar anak didik. Maka paham Naturalisme menitik beratkan pada strategi belajar yang bersifat Paedosentris/ Child Centre maksudnya factor kemampuan individual anak didik yang menjadi pusat kegiatan proses belajar mengajar.

d) Konvergensi dipelopori oleh William Stern( 1871-1938) menyebutkan bahwa keberhasilan pendidikan sangat tergantung dari pembawaan dan lingkungan. Dari masing masing solusi memiliki keunggulan dan kekurangan dan juga bukan berarti tanpa solusi alternative hal ini dikemukakan oleh William Stern bahwa keduanya baik yang bersifat heriditas maupunlingkungan, keduanya memiliki pengaruh significant dalam pembentukan konsep pendidikan ideal. Tingkat significansi tersebut adalah bahwasanya keduanya merupakan pembentukan yang intern pada prose pendidikan manusia. Jika hanya paktor heriditas yang dominan tanpa didukung oleh lingkungan yang kondusif juga tidak akan berarti apa-apa, demikian sebaliknya. Penciptaan ruang public yang konsdusif bagi proses pendidikan formal maupun informal diperlukan, karena faktor heriditas pada akhirnya ditentukan oleh faktor lingkungan eksternal yang mempengaruhinya. Paham Konvergensi sering juga disebut dengan paham Interaksionisme , Karena paham ini adalah paham yang memadukan atara pengaruh pakrtor dari dalam dan faktor dari luar secara timbal balik saling pengaruh mempengaruhi perkembangan manusia. Pahan Interaksionisme menghendaki adanya kebebasan manusia mengembangkan dirinya dalam lingkungan hidup tanpa banyak diarahkan oleh pendidik, karena proses belajar akan berhasil jika berlangsung secara interaktif antara pendidik dan anak didik, antara anak didik dengan materi pelajaran dan anatara pikirannya dengan kehidupannya. Maka pandangan interaksionisme menitik beratkan pada proses belajar mengajar secara dialogis antara pendidik dan anak didik , antara lingkungan sekirtar dengan factor pembawaan dan sebagai nya.

Juli 03, 2009

evaluasi

VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN EVALUASI

BAB I PENDAHULUAN
Evaluasi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam proses pendidikan, dari segi istilah merupkan suatu tindakan atau suatu proses uuntuk menentukan nilai sesuatu. Lembaga Administrasi Negara memberi batasan mengenai Evaluasi pendidikan sebagai :
1. Proses kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibanding dengan tujuan yang telah ditentukan
2. Usaha memperoleh informasi berupa umpan balik ( Feed Back ) bagi penyempurnaan pendidikan
Secara Umum Evaluasi mempunyai Fungsi pokok yaitu : sebagai pengukur kemajuan, penunjang penyusunan rencana, bahan untuk memperbaiki atau penyempurnaan kembali.
Secara Didaktik Evaluasi memiliki fungsi sebagai : Landasan untuk menilai usaha yang dicapai peserta didik, memberakan informasi mengenai posisi siswa, memberikan bahan untuk menentukan status siswa, menemukan jalan keluar bagi peserta didik yang memeerlukan, dan memberiakan petunjuk tetntang sejauh mana program pendidikan dicapai.
Dalam melakukan evaluasi pendidik harus menentukan sasaran evaluasi agar memudahkan dalam menyusun instrumen evaluasi, sasaran evalusi umumnya adalah segi tingkah laku murid, segi pendidikan, dan segi proses belajar mengajar . Ketiga sasaran tersebut harus dievaluasi secara menyeluruh, maka dengan penetapan sasaran maka penetapan intrumen eveluasi akan lebih mudah.



Dalam pelaksanaan evaluasi harus memiliki intrumen yang memenuhi syarat guna memperoleh hasil tes yang baik. Tanpa interumen test yang baik maka hasil eavaluasi tidak akan memberikan hasil dan tidak akan memenuhi fungsinya sebagai evaluasi, dengan demikian evaluasi yang dilaksanakan merupakan hal yang sia-sia dan tidak memberikan manfaat.
Tes Sebagai alat evalusi harus memiliki sekurang-kurangnya 4 syarat agar dapat dikatakan sebagai test yang baik yaitu : Valid, Reliable, Objektive dan praktis . Keempat syarat tersebut sangat berkaitan dengan prinsip dasar dalampenyususunan test yaitu : Test harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar, Butir tes harus merupakan sample yang representatif dari Populasi bahan pelajaran, bentuk soal harus bervariasi, tes harus didesain sesuai dengan kegunaan, harus memiliki reliabilitas yang diandalkan dan selain dapat dijadikan alat ukur juga dapat digunakan sebagai alat informasi untuk memperbaiki cara belajar siswa.
Banyak hal yang harus diperhatikan dalam evaluasi pendidikan tetapi yang menjadi Fokus pembahasan dalam makalan ini adalah Validitas dan Reliabilitas Instrumen Evalauasi Pendidikan.

BAB II PEMBAHASAN
A. Validitas Intrumen Eveluasi.
Sebuah tes dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi syarat sebagai alat pengukur diantaranya dalah tersebut harus memilliki validitas dan reliabilitas yang tinggi . Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur dan apabila dalam penyusunan instrumen mengikuti langkah-langkah penyusunan instrumen yakni, menelaah variabel menjadi sub variabel dan indikator, kemudian dirumuskan lagi menjadi butir pernyataan maka peneliti boleh berharap innstrumen memiliki Validitas logis
Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila intrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukan pengukuran tersebut. Sedangkan suatu intrumen dikatakan memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran. Dengan kata lain suatu intrumen dikatakan valid jika mampu menghasilkan data yang benar-benar benar. Data yang benar dihasilkan oleh instrumen yangmengukur apa yang harus diukur.
Validitas suatu intrument tidak selama berlaku untuk semua jenis pengukuran, intrumen tes harus memperhatikan apa yang seharusnya di ukur. Contoh riil dalam kehidupan timbangan akan valid untuk menimbang sekarung beras tetapi tidak akan valid untuk menimbang emas, Thermometer suhu akan valid untuk mengukur suhu tubuh tetapi tidak untuk air mendidih. Dalam pelaksanaan pendidikan dapat di buktikan intrumen test untuk menguji kognitif tidak akan cocok untuk menguji psykomotor siswa. Oleh karena itu validitas suatu intrumen dapat dilihat dari apa yang akan diukur atau dilihat dari tujuan dari pelaksanaan pengukuran.
Istilah Validitas ternyata memiliki keragaman katagori . Ebel membagi Validitas menjadi beberapa katagori yaitu :
1.Concurrent Validity yaitu Validitas yang berkenaan dengan Skor Kinerja
2.Contruct Valididity yaitu Validitas yang berkenaan dengan kualitas aspek psykologis apa yang diukur oleh suatu pengukuran serta terdapat evaluasi bahwa suatu kontruk tertentu menyebabkan kinerja yang baik dalam pengukuran.
3.Face Validity adalah validitas yang berhubungan dengan apa yang tampak dalam mengukur sesuatru bukan terhadap apa yang seharusnya hendak diukur
4.Factorial Validity adalah validitas dari sebuah alat ukur adalah korelasi antara alat ukur dengan faktor-faktor yang bersamaan dalam suatu kelompok atau ukuran –ukuran prilaku lain, dimana validitas ini diperoleh dengan menggunakan tekhnik analiasa faktor
5.Empirical validity adalah Validitas yangberkenaan dengan hubungan antara skor suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran
6.Intrinsic Validity adalah Validitas yang berkenaan dengan penggunaan tekhnik uji coba untuk memperoleh bukti kuantitatif dan objektif untuk mendukung bahwa suatu alat ukur benar-benar mengukur apa yang harus diukur.
7.Predictive Validity adalah Validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor suatu alat ukur dengan kinerja seseorang dimasa yang kaan datang
8.Content Validity adalah Validitas yang berkenaan dengan baik buruk nya sampling suatu populasi
9.Curricular Validity adalah Validitas yang ditentukan dengan cara menilik isi dari pengukuran dan menilai seberapa jauh pengukuran tersebut merupakan alat ukur yang benar-benar mengukur aspek-aspek sesuai dengan dengan tujuan intruksional .

Selain itu Kerlinger membagi Validitas menjadi tiga katagori yaitu :
1.Conten Validity atau validias isi yaitu Validitas yang diperhitungkan melalui penguijian terhadap isi alat ukur dengan analis rasional . Pertanyan yang dicarai jawabannya adalah “ sejauh mana item-item dalam suatu alat ukur mencakup seluruh kawasa isi objek yang hendak diukur oleh lat ukur yang berasangkutan, atau representasi dari kelseluruhan kawasan.
Pengertian Mencakup tidak saja menunjukan bahwa alat ukur teresebut harus konfrehensif isinya tetapi juga harus memuat isi yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan ukur. Walau isi kandungan konfrehensif tetapi mengikut sertakan item-item yang tidak relevan dan berkaitan dengan tujuan ukurnya, maka Validitas alat ukur tidak memenuhi ciri Validitas yang sesungguhnya.
Validitas isi tergantung dari penilaian subjektif individu . karena estimasi validitas ini tidak melibatkan Komputasi staistik, melainkan hanya anlisis rasional . Validitas isi ini dibagi menjadi dua tipe yaitu :
a.Face Validity atau Validitas Muka, ini merupakan tipe Validitas yang paling rendah signifikansinya karena haya berdasarkan pada penilaian selintas mengenai isi ukur. Apabila alat ukur telah sesuai dengan apa yang ingin diukur mak adapat dikatakan Validitas muka telah terpenuhi.
b.Logical Validity atau Validitas logis, Validitas ini sering disebut juga dengan Validitas sampling ( Sampling Validity). Validitas ini menunjuk pada sejauh mana isi alat ukur mereupakan representasi dari aspek yang ingin diukur. Untuk memperoleh Validitas logis tinggi suatu alat ukur harus dirancang sedemikian rupa sehingga benar-benar berisi item yang relevan dan oerlu menjadi bagian alat ikur keseluruhan.
Validitas logis sangat penting peranannya dalam penyusunan tes prestasi dan penyusunan skala, yaitu dengan memanfaatkan blueiprint atau tabel Spesifikasi.
2.Contruct Validity atau Vliditas Kontruksi, Validas ini merupakan tipe yang menunjukan sejauh mana alat ukur mengungkapkan suatu trait atau kontruk teoeritis yang hendak diukur.
Validitas Kontruksi ini akan ditemukan pada tes hasil belajar yang sungguh-sungguh direncanakan dengan baik oleh seorang guru, dengan mentaati langkah perumusan tujuan intruksional dan visualisasi kisi-kisi sebagai langkah-langkah perencanaan tes buatan guru.
Dalam perumusan tujuan Intrukssional khusus dapat dirincikan tingkah laku yang berkaitan dengan fungsi-fungsi psikis tertentu sperti aspek kognitif, jenis pemahaman sampai dengan evaluasi terkait dengan fungsi berfikir dan sebagainya . Rincian tingkah laku dalam TIK akan divisualisasikan dalam kisi-kisi dan item mana yang akan dipakai untuk mengukur pencapaian rincian tingkah laku tersebut dan ditentrukan pula jumlah dan tipenya. Selanjutnya item-item disusun berdasarkan petunjuk kontruksi yang harus dilakukan oleh guru . Apabila item-item merupakn satu kesatuan yang benar–benar sesuai dengan suatu konsep kontruksinya, maka dikatakan tes tersebut memiliki Validits konsep tinggi .
3. Validitas Kriteria ( Criterion-Realted Validity). Maksudnya adalah Validitas yang memperhatikan hubungan antara tes atau lat pengukur dengan lat ukur lainnya yang berfungsi sebagai kriteria atau bahan pembanding. Kriteria tersebut harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a.Relevan, artinya bahwa suatu tes yang berfungsi sebagai kriteria harus mengukur hal yang sama atau sesuai dengan yang diukur oleh tes yang akan diperiksa validitanya
b.Reliabel, artinya suatu tes yang berfungsi sebagai kriteria harus harus telah memiliki tarap reliabilitas yang tinggi
c.Bebas dari kesalahan pengukuran artinya bahwa suatu tes yang berfungsi sebagai suatu kriteria bebar-benar bebas dari kesalahan-kesalahan pengukuran seperti tes disajikan dalam tulisan yang mudah dibaca, isi item-itemnya tidak membingungkan siswa dan sebagainya.
d.Mudah diperoleh , artinya suatu tes yang berfungsi sebagai kriteria harus mudah diperoleh oleh seorang guru.
Taraf Validitas suatru kriteria dapat diperiksa, Hasil perbandingan merupakan koefisien yang dapat dihitung dengan mengunakan tekhknik statistik tertentu yaitu , yaitu tekhnik Korelasi Product Moment Dari Pearson dengan menggunakan rumus angka kasar dan Rumus Singkat dengan peta korelasi
Yang termasuk jenis Jenis liditas Kriteria adalah
a.Validiatas Pengukuran semacam atau setara ( Congruent Validity), maksudnya adalah suatu Validitas yang diperoleh dengan mengkorelasikan hasil yang dimaksud dengan hasil tes lain dari pengukuran.
b.Validitas pengukuran serempak ( Concurent Validity ), maksudnya adalah suatu validitas yang diperoleh dengan mengkorelasikan hasil tes yang dimaksud dengan hasil tes lain, yang pengukurannya dilakukan yang sama atau waktu yang hampir bersamaan
c.Vliditas Prediktif atau ramalan ( Pridictive Validity), Maksudnya suatu validitas dapat diperoleh dengan mengkorelasikan hasil tes yang dimaksud dengan hasil tes lain yang pengukurannya dilakukan kemudian.
Jenis-jenis kriteria ini dapat dihitung atau dikorelasikan dengan menggunakan rumus Product Moment
B.Reliabiltas Intrumen Evaluasi.
Reliabilitas diterjemahkan dari kata reliability, dalam kamus John M Echol dan Hasan Shdili berarti hal yang dapat dipercaya. Menurut Popham menyatakan bahwa reliabilitas adalah “ … the degree of which test Score are Free from error measurement” .
Yang dimaksud dengan reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam tarap ketpatan dan ketelitian hasil. Suatu tes reliabel akan menunjukan ketepatan dan keterlitian hasil dalam satu atau berbagai pengukuran. Skor-skor dalam berbagai pengukuran tidak menunjukan penyimpangan atau perbedaan- perbedaan yang berarti.
Tarap reliabilitas suatu tes dinyatakan dalan suatu koefisien yang disebut dengan Koefisien reliablitas atau rtt koefisien reliabilitas dinyatakan dalan suatu bilangan koefisien antara -1,0 sampai 1,00 . Tarap angka koefsien dapat dilihat pada tabel berikut
Koefisien korelasi Kualifikasi
0,91-1,00 Sangat tinggi
0,71- 0,90 Tinggi
0,41-0,70 Cukup
0,21-0,40 Rendah
Negatif- 0,20 Sangat Rendah


Cara menentukan taraf reliabilitas tes dapat digunakan yaitu dengan cara :
a.Test Retest, test ini dilakukan dengan cara melakukan suatu tes dipakai dalam dua kesempatan pengukuran, dengan kondisi pengukuran diusahakan sama.
b.Bentuk tes Paralel / paralel Form ( Equivalent Form) , maksudnya yaitu dua tes yang paralel dilakukan dalam satu pengukuran. Dua tes dikatakan paralel jika kedua tes tersebut memilki kesesuaian dalam bahan tesnya, jumlah itemnya, waktu pengukuran, tipe item, taraf kesukaran dan taraf pembedanya.
c.Metode Belah dua ( Split- Half Mode ), metode ini menggunakan satu tes untuk satu kali pengukuran . Metode ini sering disebut juga metode Gasal –genap. Hasil dari suatu tes dibagi menjadi dua bagian yaitu nomor genap dan nomor gasal diusahakan agar hasil kedua belahan ini seimbang . keseimbangan ini dinyatakan antara lain dalam keseimbangan taraf kesukaran dari kedua belah tersebut.
d.Metode Kuder – Rhicardson ( KR) ke 20 dan 21, dan Koefsien Alpha , dengan menggunakan metode ini akan diperoleh koefisien reliabilitas yang tinggi apabila distribusi skor-skor yang diperoleh dari tes tersebut merupakan distribusi normal
Masing masing metode memilki cara tersendiri dan memiliki rumus –rumus yang ditetapkan dalam pelaksanaanya
Reliabilitas suatu tes dipengaruhi oleh berbagi faktor , faktor –faktor tersebut adalah :
a.Homogenitas mutu prestasi kelompok siswa, maksudnya adalah semakin homogen mutu prestasi suatu kelompok siswa maka maka semakin kecil taraf reliabilitas tes tersebut dan sebaliknya nya semakin heterogen kelompok prestasi siswa akan taraf reliabilitas tes akan semakin besar.
b.Homogenitas bahan yang dipakai tes, maksudnya adalah semakin homogen bahan yang dipakan semakin tinggi taraf reliabilitas tes tersebut dan semakin heterogen bahan yang dipakai maka semakin kecil reliabilitas test tersebut.
c.Jumlah item dalam suatu tes, maksudnya adalah jika item yang tersaji semakin banyak dan berkualitas, maka semakin besar taraf reliabilitasnya dan sebaliknya semakin sedikit item yang tersaji maka semakin kecil taraf reliabilitasnya.
d.Taraf kesukaran tes, maksudnya jika taraf kesukaran tes normal dalam arti taraf kesukaran dan cakupannya , maka reliabilitasnya semakin besar dan sebaliknya jika taraf kesukarannya kurang normal maka semakin kecil taraf reliabilitasnya.

C.Hubungan Antara Taraf Validitas dan Taraf Reliabilitas suatu Tes
Suatu tes dikatakan reliabel jika ter tersebut memilki konsistensi dan ketelitian yang tinggi hasil pengukurannya dalam satu tes atau berbagai tes. Akan tetapi suatu tes yang memliki reliabilitas yang tinggi belum tentu atau tidak dapat menjamin bahwa tes tersebut hasil tes tersebut telah mengukur yang sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Sebagai contoh jika ditemuai sebuah tes yang memiliki reliabilitas yang tinggi, kemudia setelah diperiksan item-itemnya berdasarkan langkah-langkah perencanaan dan terdapat penyimpangan dari isi rencana terutama tentang isi dan bahan. Melihat kenyataan tersebut maka tes tersebut dapat dikatakan tidak valid atau memiliki validitas rendah walau pun tes itu sudah reliabel.
Suatu tes dikatakan Valid jika tes tersebut sudah mengukur apa yang seharusnya diukur, oleh karena itu tes yang valid harus disusun berdasarkan perencanaan yang baik dan petunjuk –petunjuk kontruksinya, atau setidaknya memiliki validitas isi dan kontruksi. Sebagai contoh jika tes direncanakan berdasrkan perencanaan yang ketat dengan berdasarkan rumusan tujuan intruksional, rincian bahan pelajaran dan visualisasi kisi-kisi yang sesuai, kemudian berdasarkan petunjuk kontruksinya serta sempat diuji cobakan dalam suatu pengukuran bersama tes evaluasi yang lian yang valid. Maka tes tersebut dapat dicari validitasnya dan reliabilitanya.
Berdasarkan kenyatan diatas maka dapat diketahui bahawa suatu tes yang memililiki reliabilitas tinggi belum tentu memilki Validitas yang tinggi , akan tetapi suatu tes yang memiliki Validitas tinggi akan memiliki reliabiliatsa yang tinggi karena tes tersebut disusun sesuai dengan perencanaan dan kesesuai bahan yang baik.

BAB III . KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembehsan maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1.Validitas suatu tes memilki berbagai macam jenis dan tehknik pengukuran yang berbeda secara garis besar Validiatas dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu Validitas isi atau Content Validity, Validitas kontruksi atau Contruct Validity dan Validitas Kriteria atau Criterion Validity
2.Suatu tes dapat dikatakan memiliki Validitas yang tinggi jika tes tersebut telah mampu untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, maka Validitas suatu tes sangat relatif dengan kata lain suatu tes dikatakan valid untuk suatu jenis belum tentu Valid untuk jenis lainnya.
3.Reliabilitas merupakan kontinuitas suatu tes, maksudnya suatu tes dikatakan memliki reliabilitas yang tinggi jika memiliki atau menunjukan hasil yang konsisten dalam satu atau berbagai pengukuran
4.Suatu tes yang Reliabel belum tentu memliki validitas yang tinggi akan tetapi suatu tes yang memliki validitas yang tinggi kemungkinan besar memiliki reliabilitas yang tinggi pula.

B. Saran –Saran .
Dengan melihat pembahan dan kesimpulan maka penulis dapat menyarakan hal-hal sebagai berikut :
1.Dalam membuat suatu tes perlu diperhatikan vliditasnya, maksudnya adalah suatu tes harus mampu mengukur apa yang sebanarnaya harus diukur agar tidak terjadi penyimpangan dalam menetuikan keputusan dan prediksi program selanjutnya.
2.Suatu tes yang valid dalam satu pokok permasalahan atau suatu tujuan belum tentu valid untuk tujuan lain, maka dalam penyusunan tes perlu memperhatikan tujuan dan bahan yang akan digunakan untuk tes tersebut karena masing tujuan memiliki kriteria dan cara, maka cara penyusunan tes pun harus sesuai dengan kriteria yang ditentukan
3.Selain Validitas suatu tes reliabilitas suatu tes merupakan hal yang perlu diperhatuikan karena tes dengan reliabilitas yang tinggi akan memiliki konsistensi hasil pengukuran yang tinggi akan tetapi perlu diingat bahwa suatu tes yang memliki Reliabilitas yang tinggi belum tentu memilki validitas yang tinggi . Maka sebagai pengujian yang harus dilakukan adalah validitasnya baru kemudian reliabilitasnya karena biasanya nya tes yang memiliki Validitas tinggi akan memiliki reliabilitas tinggi pula.
4.Karena dalam mencari dan menentukan Validatas dan reliabilitas memerlukan perhitungan statistik teretentu maka diharapakan para guru mampu dan memiliki pengetahuan dasar tentang statistik guna mempermudah melakukan perhitungan sehingga dapat dihasilkan suatu tes yang valid dan realiabel serta dapat dipertanggung jawabkan.

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Dasar-Dasar Pendidikan , ( Jakarta, Ditjen Bimbaga Islam dan Universitas Terbuka, 1995), hal 213-214
Anas Sujiono, Pengantar Evalusi Pendidikan , ( Jakarta, Pt Raja Grafindo Perasad, 2006), hal 2
Lgn –Masidjo, Penilaian hasil Belajar Siswa di sekolah , ( Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2007) Cet Ke 8